"Maafkan dan lupakan," begitulah kata pepatah lama. Nah, jika Anda peduli tentang pernikahan Anda, Anda mungkin perlu berpikir dua kali sebelum mengikuti saran itu.
Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan di Universitas Tennessee menemukan bahwa pasangan yang dimaafkan atas perilaku negatifnya lebih mungkin untuk mengulangi kembali kesalahan mereka.
Dalam studi tersebut 135 pasangan yang baru menikah diminta untuk selalu membawa buku harian tentang interaksi mereka, dan mencatatnya jika pasangan mereka melakukan perilaku negatif dan apakah mereka memaafkan perilaku pasangannya tersebut. Mereka yang memaafkan pasangan mereka yang kemudian mengulangi lagi perbuatannya memberikan laporan hampir dua kali lipat seperti orang yang menyimpan dendam, kata penulis studi, asosiasi profesor psikologi James McNulty, kepada Knoxville News Sentinel.
"Ada satu penjelasan yang masuk akal," kata McNulty. "Pemberian maaf relatif akan memungkinkan pasangan untuk melanjutkan perilaku negatif mereka di kemudian hari, yang pada akhirnya merugikan hubungan antara keduanya."
Ini tidak berarti bahwa orang tidak boleh memaafkan pasangan mereka, pesan terapis keluarga, Kay Francis. Justru orang harus menghadapi perilaku negatif pasangannya untuk memahami penyebab atau motivasi di balik terjadinya perilaku negatif tersebut sebelum sampai pada keputusan untuk memaafkan.
Francis mengingatkan, jika kita memaafkan perilaku negatif pasangan kita tanpa membicarakan permasalahannya, maka pemberiaan maaf akan sia-sia.
Sumber : Knoxville News Sentinel, Journal of Family Psychology, MSNBC melalui Reader’s Digest
Foto : michaelhyatt.com