9 Mitos Cinta yang Gagal

Ahli dan konselor hubungan, Wayne Powell, menuturkan mitos-mitos percintaan banyak yang berlawanan dengan kenyataan. Sayangnya, pada sebagian perempuan, mitos tersebut justru menjadikan mereka ragu dalam hubungan yang baru dibangun.

Mitos-mitos percintaan banyak dibangun dari novel-novel dan film romantis. Meskipun terkadang jalan ceritanya tidak masuk akal dan penuh kebetulan. Maka ada baiknya menyimak apa saja mitos-mitos gagal tersebut.

Mitos pertama: Hanya ada satu cinta sejati

Percakapan tentang pasangan jiwa yang digambarkan dalam dongeng-dongeng anak ataupun film komedi romantis telah membuat sejumlah perempuan putus asa. Mereka menunggu hingga akhir hayat demi satu cinta sejati. Padahal faktanya ada kurang lebih 3,5 miliar lelaki di dunia ini. Tapi mereka percaya bahwa Tuhan hanya menciptakan satu orang lelaki istimewa untuk setiap perempuan.

Mitos kedua: Semua pria yang baik sudah diambil orang

Sejak dua puluh tahun lalu mitos ini didengung-dengungkan. Bahkan sampai orang-orang terdekat Anda menemukan pasangan yang tepat. Tidak, Tuhan tidak menciptakan sejumlah lelaki dalam satu malam hingga mereka bisa memilih pasangannya tepat, tapi bukan Anda. Jadi lihatlah pria-pria di depan Anda. Banyak pria baik dan masih single di luar sana. Ingatlah para perempuan, beberapa pria baik adalah pria pemalu yang mungkin Anda duluan yang harus membuat gerakan.

Mitos ketiga: Cinta itu buta

Shakespeare menulis bahwa cinta itu buta dan pencinta tidak akan mampu melihat. Tapi itu adalah kata-kata penulis Romeo dan Juliet, pasangan kekasih yang menemukan jalan keluar kisah mereka adalah dengan bunuh diri bersama. Menurut Powell, mitos cinta itu buta ternyata membutakan perempuan. Contohnya adalah ketika perempuan yang sering mendapat kekerasan selama percintaaanya menganggap pasangan yang memukulinya karena dia mencintai. Maka perempuan tersebut hidup dalam keadaan penyangkalan dan penolakan terhadap kenyataan.

Mitos keempat: Cinta pada pandangan pertama

Ketika seseorang bisa tertarik pada pandangan pertama itu mungkin suka. Karena cinta adalah proses dan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. "Cinta lebih dari sekadar ketertarikan fisik dan membutuhkan sejumlah waktu untuk tumbuh dan berkembang," kata Powell. Jika seseorang datang kepada Anda dan mengklaim jatuh cinta pada pandangan pertama, lalu melamar pada pekan berikutnya, maka larilah dari pria itu.

Mitos kelima: Hubungan langgeng melibatkan dua orang yang sempurna

Tidak ada seseorang yang sempurna. Karena itu menjadi pasangan yang tepat adalah sesuatu yang jauh dari kenyataan dan itu naif. Anda tak bisa mengubah kebiasaan dan kepribadian seseorang untuk memilihnya menjadi pasangan yang tepat. Maka jangan cepat beralih ketika pasangan Anda lupa menekan tombol toilet atau lupa menjemput karena keasyikan nonton bola. Sepanjang pasangan Anda tidak melakukan tindakan kekerasan, maka Anda dapat belajar untuk tinggal bersamanya. Ketidaksempurnaan pasangan yang mengarah ke perilaku merusak juga perlu diwaspadai, seperti tidak punya pekerjaan dan peminum.

Mitos keenam: Mempunyai anak bersama akan membuat hubungan lebih dekat

Anak dapat meningkatkan kualitas hidup dalam banyak hal. Tapi jika Anda menjadikan anak untuk membuat pasangan tetap ada di samping Anda, maka perlu ada strategi lain. Soalnya anak-anak bisa membuat hubungan lebih rumit karena mereka bisa saja diambil dari Anda ketika ada perpisahan.

Mitos ketujuh: Pasangan bertanggung jawab terhadap kebahagiaan Anda

Mitos ini berdasar dari anggapan bahwa meski dunia berguncang, sepanjang Anda berada bersama pasangan, semua masalah akan hilang. Powell mengingatkan kebahagiaan seseorang tidak bergantung pada orang lain. Anda harus bertanggung jawab terhadap kebahagiaan pribadi Anda. Sayangnya, beberapa orang khususnya yang memiliki kepercayaan diri rendah telah menjadi sasaran terhadap kepercayaan bahwa pasangan mereka adalah sumber kebahagiaan mereka. Akibatnya banyak pria yang mengambil keuntungan kepada perempuan yang menganut paham ini.

Mitos kedelapan: Cinta sejati mengalahkan segalanya

Konsep ini sangat romantis menjadi abadi selama bertahun-tahun karena banyak orang mengiba demi romantisme. Tapi, seperti juga mitos-mitos lainnya, paham cinta sejati telah disalahgunakan sejumlah orang untuk membenarkan perilaku kekerasan dan kekejaman pasangannya. Faktanya dibutuhkan lebih dari sekadar cinta untuk menjaga sebuah hubungan. Anda perlu penghargaan, toleransi, nilai-nilai yang sama, dan humor dari kedua belah pihak untuk menjaga kesatuan hubungan

Mitos kesembilan: Seks adalah hal yang lumrah

Tidak ada hal yang wajar tentang perilaku menyatukan dua tubuh manusia. Seks memang pemicu hubungan yang romantis. Untuk alasan inilah beberapa perempuan merasa patah hati dan merasa ditolak ketika mereka bangun dan menyadari bahwa mereka telah menghabiskan malam untuk bercinta, tapi pasangannya hilang tanpa jejak. (jamaicaobserver.com  |  Dianing Sari)

Sumber : Tempo.co


Related Posts
Previous
« Prev Post

Comments