Karakter Pribadi Pelaku Selingkuh


By RICK NAUERT PHD Senior News Editor
Reviewed by John M. Grohol, Psy.D. on July 26, 2011


Apa yang membuat seseorang berselingkuh? Kecemasan performa seksual, salah satunya; kecenderungan mengambil risiko pada pria, dan masalah rumah tangga pada wanita.

Temuan ini merupakan bagian dari studi baru yang untuk kali pertama melihat apakah demografi, faktor interpersonal dan kepribadian berpengaruh pada perselingkuhan.

Baik pria maupun wanita, faktor karakteristik pribadi dan interpersonal lebih memegang peranan daripada agama, status perkawinan, pendidikan, atau jenis kelamin.

“Banyak penelitian terhadap telah dilakukan dengan mengeksplorasi demografis,” kata Robin Milhausen, Ph.D., yang melakukan studi bersama mahasiswa doktoral Kristen Mark dan Erick Janssen, Ph.D. dari Universitas Indiana.

“Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior tersebut menunjukkan, bahwa variabel demografis tidak banyak berpengaruh dibandingkan dengan temuan di atas, di mana masalah kepribadian lebih berperan, utamanya pada kaum pria.

Penelitian melibatkan 506 pria dan 412 wanita yang telah menikah antara 3 bulan sampai 43 tahun, lengkap dengan data demografisnya, seperti agama, pendidikan, dan penghasilan, serta data pribadi yang mencakup kehidupan seksual dan hubungan rumah tangganya.

Hebatnya, baik pria maupun wanita menunjukkan tingkat ketidaksetiaan yang hampir sama, di mana pria 23% dan wanita 19%, meskipun faktor yang terkait dengan perselingkuhan bervariasi cukup tinggi di antara kedua jenis kelamin tersebut.

Pada kaum pria, faktor yang signifikan atas ketidaksetiaan adalah ragam kepribadian, termasuk kecenderungan rangsangan seksual (mudah terangsang oleh berbagai pemicu dan situasi) dan kepedulian terhadap kegagalan performa seksual, dan ini - dalam penelitian yang dilakukan terpisah, merupakah hal yang tak lazim.

Satu alasan yang mungkin terkait erat dengan masalah tersebut adalah, bahwa “Pria akan mencari situasi beresiko tinggi demi membangkitkan rangsangan atau mencari pasangan seksual di luar pernikahannya karena tak perlu merasakan beban moril yang berat saat ia gagal memuaskan pasangannya tersebut,” kata Milhausen.

Bagi wanita, kebahagiaan rumah tangga adalah kuncinya. Wanita yang tidak puas dengan keharmonisan rumah tangganya berpeluang untuk selingkuh dua kali lebih besar dibandingkan yang puas, dan yang tidak puas secara seksual berpeluang selingkuh tiga kali lebih besar.

“Semua hal tersebut itu memprediksikan ketidaksetiaan,” lanjut Milhausen. “Apa yang diperoleh dari penelitian ini adalah, bahwa saat kita gunakan semua faktor itu bersama-sama, bagi pria, karakteristik pribadi sangat kuat berperan, sedangkan bagi wanita, masalah keharmonisan adalah yang paling penting.

Dalam hal ini Milhausen mengingatkan agar tidak terjadi kekeliruan interpretasi atau terlalu bertumpu pada hasil temuannya.

“Intinya adalah bahwa hasil penelitian menunjukkan adanya stereotip seksual, di mana wanita peduli pada keharmonisan rumah tangga, sedangkan pria akan tetap berpeluang selingkuh walau bagaimana pun kondisi rumah tangganya."

Namun, masih menurut Milhausen, mengetahui karakteristik seksual pribadi - dan, bagi wanita, faktor keharmonisan - adalah faktor penting yang harus diperhatikan sebagai alat intervensi terapi.

Sumber : lovewarblogamerica.blogspot.com


Related Posts
Previous
« Prev Post

Comments