Showing posts with label Facebook. Show all posts
Showing posts with label Facebook. Show all posts

Tools Untuk Awasi Penggunaan Facebook

Tools Untuk Awasi Penggunaan Facebook

Menyambung artikel MohPahPoh yang berjudul Facebook Tak Berdaya Cegah Pengguna Bawah Umur, ternyata ada satu situs internet yang menyediakan tools untuk mengawasi penggunaan akun facebook. Menurut blog Fastncheap, situs layanan tersebut bernama Minor Monitor dan dimaksudkan agar para orang tua punya alat bantu untuk memonitor aktifitas penggunaan facebook putra/ putri mereka.

Sebagaimana diketahui, anak-anak sangat rentan mengalami cyberbullying saat mengakses situs jejaring sosial tersebut, sementara pihak facebook sendiri mengakui kalau mereka mengalami kesulitan mencegah pengguna anak-anak berusia di bawah 13 tahun yang seharusnya dilarang.

Khusus dirancang untuk memantau account Facebook, situs layanan Minor Monitor ini sarat dengan banyak pilihan yang berbeda untuk melacak segala aktifitas penggunaan Facebook. Pada dasarnya tidak ada yang perlu diinstal pada komputer Anda, dan Anda dapat langsung menggunakan situs layanan tersebut untuk memonitor si buah hati meski saat Anda sedang dalam perjalanan sekalipun. Atau dengan kata lain, situs layanan ini dapat dikatakan sebagai salah satu tool yang hebat dalam membantu menjaga keamanan si buah hati Anda di tengah pergaulan dunia modern seperti sekarang ini, demikian ungkap Fastncheap.

Lebih jauh Fastncheap mengatakan, berbeda dengan aplikasi atau layanan sejenis yang pernah ada sebelumnya, Minor Monitor telah melangkah lebih jauh dengan benar-benar melakukan monitoring menyeluruh dan detil terhadap apa saja yang terjadi pada si buah hati Anda di Facebook. Untuk itu, bagi Anda yang belum memiliki Account Minor Monitor, segeralah Anda melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Dalam proses pendaftaran tersebut, Anda akan diminta untuk membuat account pada situs layanan Minor Monitor dan selanjutnya memasukkan data identitas account Facebook buah hati Anda yang berisi alamat email beserta passwordnya.

Beberapa fitur opsi handal pada situs layanan Minor Monitor ini, diantara yaitu:

  • scanning wall (dinding) dan News Feed miliknya terhadap konten yang meragukan ataupun berbahaya
  • melacak keberadaan daftar semua teman yang ada di atasnya seperti berapa usianya dan informasi sejenis lainnya
  • memungkinkan Anda lebih memusatkan pada keberadaan foto yang buah hati Anda upload ke Facebook sehingga Anda dapat memeriksa, menilai dan memberi persetujuan atau bahkan menolaknya, dengan sebelumnya memperhatikan pertimbangan pantas atau tidaknya foto yang diupload tersebut.
  • memeriksa isi pesan dan postingan yang berkaitan dengan account Facebook buah hati Anda, sehingga Anda dapat menangkap kasus cyber-bullying atau ketidak senonohan di dalamnya
  • memfilter dan memeriksa konten yang tidak patut dalam membantu menjaga keamanan buah hati Anda dari pengaruh buruk yang dapat merusak
  • memberikan pemberitahuan kepada Anda melalui email ketika pesan tertentu atau kata kunci (keyword) yang ditemukan

Untuk mengetahui lebih lanjut, silakan Anda klik di sini.

Yang menarik adalah komentar pengunjung Fastncheap pada artikel tersebut :

  • buat mantau pacar biar ga selingkuh juga bisa kayanya, SIIP deh.

  • wah istriku udah terlanjur slingkuh sama orang lain..gara gara fb.. andai saja sejak dulu aku tahu minor monitor ni ea…

  • wahwahwah…. aku terlambat tau… pacarq udah di ambil orang…

Sumber : blog.fastncheap.com




Read More

Facebook Tak Berdaya Cegah Pengguna Bawah Umur

Facebook Tak Berdaya Cegah Pengguna Bawah Umur
Facebook mengakui nyaris mustahil mencegah penggguna bawah umur mengakali profil Facebook mereka, menyusul munculnya pernyataan dari riset akademis yang menyebutkan bahwa lebih dari sepertiga anak-anak usia 9-12 tahun di Inggris memiliki akun jejaring sosial tersebut.

Situs jejaring terbesar di dunia dengan anggota lebih dari 1 milyar menetapkan bahwa siapapun yang berusia di bawah 13 tahun tidak diijinkan untuk membuat akun. Aturan yang tegas ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bullying dan tindakan lain yang menjurus ke arah negatif.

Namun, tak ada sistem ferivikasi yang tegas untuk membuktikan kebenaran usia dari pendaftar Facebook, terbukti dengan ditemukannya fakta sekitar 34% anak usia 9-12 tahun di Inggris yang memiliki akun Facebook. Secara global diperkirakan seperempat pengguna Facebook adalah anak-anak.

Simon Milner, direktur kebijakan untuk Facebook Inggris dan Irlandia, mengakui hal itu sebagai masalah yang rumit bagi perusahaan. “Kami tak punya mekanisme untuk mengatasi masalah (pengguna bawah umur) ini,” katanya.

“Facebook memang punya aturan hanya mereka yang berusia di atas 13 tahun ke atas yang boleh punya akun Facebook, sebagaimana aturan dari YouTube, tapi tak banyak orang yang tahu,” imbuh Milner saat jadi pembicara pada Oxford Media Covention baru-baru ini.

Sonia Livingstone, profesor psikologi sosial pada London School of Economics yang mencuatkan temuan adanya 34% bocah Inggris berusia 9-12 tahun punya profil Facebook, mengatakan, ”Saya asumsikan bahwa angka itu akan terus bertambah dan merambah ke usia di bawahnya”.

“Jika para orang tua melarang anak-anaknya untuk menggunakan Facebook, mereka (para remaja) mungkin akan patuh, tapi tidak dengan anak yang lebih muda”.

Milner menanggapi, “Saya sangat paham dengan temuan tersebut yang artinya anak-anak telah berbohong tentang usia mereka … dan ini butuh bantuan dari para orang tua”.

“Dalam kasus ini, kami jadi makin sulit untuk bertindak. Kami tidak bisa membuktikan kebenaran usia … sehingga butuh pengawasan yang lebih ketat”.

Milner, yang mengaku kalau ia pernah menjadi seorang ayah dan tidak mengijinkan anak-anaknya yang masih di bawah umur menggunakan Facebook, mengatakan tidak “menyalahkan” para orang tua yang membantu anaknya menggunakan situs jejaring sosial.

“Kami tidak membenarkan dan mendukung hal itu, tapi juga tidak menyalahkannya,” ujarnya, sembari membandingkannya dengan keputusan yang harus diambil para orang tua saat anaknya ingin nonton Harry Potter yang mempunyai aturan klasifikasi usia tertentu.

Ia juga menyebutkan bahwa Facebook selalu memantau konten situs mereka dengan aturan yang ketat, seperti foto telanjang atau pornografi dan bahwa Facebook tidak akan pernah membiarkan pihak lain mengacak-acak kebijakan itu.

“Kami menerapkan standar-standar dan gagasan yang mengharapkan pihak luar merusak kebijakan kami,” imbuhnya. “Fokus kami melindung pengguna, bukan menyerang”.

Milner menyatakan bahwa perhatian khusus harus diberikan saat anak-anak di bawah umur memalsukan usia mereka menjadi 18 tahun atau lebih di Facebook. Anak-anak di bawah usia tersebut tidak akan muncul dalam fungsi pencarian profil Facebook, sehingga orang tak dikenal tak akan bisa melihat hubungan mereka dengan teman-temannya.

Ia menambahkan bahwa sudah seharusnya para orang tua lebih khawatir pada konten-konten yang dapat menjurus pada bullying dan tindakan merugikan lainnya, baik pada diri sendiri maupun orang lain, seperti yang ada pada konten pornografi misalnya.

Sumber : Guardian.co.uk

Read More

Kesehatan Mental Seseorang Bisa Diketahui Melalui Facebook

Kesehatan Mental Seseorang Bisa Diketahui Melalui Facebook
Aktivitas media sosial dapat dijadikan alat diagnosis psikologi. Profil seseorang dalam laman Facebook dapat mengungkapkan tanda-tanda penyakit mental yang mungkin tidak selalu muncul dalam sesi pemeriksaan dengan psikiater. "Sebagai contoh, kuesioner sering bergantung pada memori seseorang yang mungkin tidak akurat," kata peneliti Elizabeth Martin, psikolog doktoral Universitas Missouri.

Martin dan timnya merekrut lebih dari 200 mahasiswa dan meminta mereka mengisi kuesioner untuk mengevaluasi tingkat ekstroversi, paranoia, kenikmatan interaksi sosial dan dorongan keyakinan yang aneh. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner itu misalnya, apakah mereka setuju dengan pernyataan: Beberapa orang dapat membuat saya menyadari kehadiran mereka, hanya dengan berpikir tentang saya sendiri.

Responden juga diminta untuk login ke Facebook. Mereka diberitahu bahwa mereka akan memiliki pilihan untuk mem-black out beberapa bagian profilnya sebelum dicetak untuk kepentingan penelitian. "Dengan meminta pasien untuk berbagi aktivitas mereka di Facebook, kami dapat melihat bagaimana mereka mengekspresikan diri secara alami," jelas Martin. Bahkan mereka tampak menyembunyikan informasi tentang keadaan psikologis di beberapa aktivitas Facebook.

Peserta yang menunjukkan tingkat sosial anhedonia tinggi, yaitu kondisi sosial yang ditandai kurangnya kesenangan akan interaksi sosial biasanya memiliki sedikit teman di Facebook, sedikit berbagi foto dan komunikasi yang jarang di laman tersebut.

Sementara itu, mereka yang menyembunyikan lebih banyak aktivitas Facebook sebelum mempresentasikan profil mereka untuk penelitian cenderung memegang keyakinan aneh dan menunjukkan tanda-tanda penyimpangan persepsi. Ini merupakan pengalaman indra seseorang yang tidak teratur. Mereka juga menunjukkan tingkat paranoia yang lebih tinggi.

"Namun perlu dicatat bahwa peserta yang memiliki nilai paranoia tinggi ternyata tidak berbeda dengan responden paranoia rendah dalam hal jumlah informasi pribadi bersama," tulis para peneliti dalam laporannya di jurnal penelitian Psychiatry.

Temuan menunjukkan bahwa kelompok paranoia tinggi mungkin akan lebih nyaman berbagi informasi dalam akun jejaring sosial daripada bertatap langsung dalam sebuah interaksi.

Sumber : Tempo.co | Foto : Guardian.co.uk

Read More

Waspada Terjebak Jaring Perselingkuhan di Jejaring Sosial

Waspada Terjebak Jaring Perselingkuhan di Jejaring Sosial
Jejaring sosial apapun yang Anda gunakan, ada baiknya untuk digunakan dengan lebih bijaksana. Sebuah survei di Amerika mengungkap bahwa jejaring sosial berhubungan erat dengan perselingkuhan masa kini. Survei yang dilakukan pada 1.377 pria dan 1.540 wanita ini menunjukkan hasil yang mengejutkan.

70% responden mengatakan bahwa jejaring sosial Facebook mereka gunakan untuk menggoda orang lain. sementara 59% pengguna Facebook yang mayoritas wanita mengatakan bahwa mereka kerap cemburu melihat interaksi pasangannya dengan lawan jenis. 

Dengan kata lain, jejaring sosial dapat mengantarkan seseorang pada dua hal, kecemburuan dan perselingkuhan.

Bahkan fakta lainnya menunjukkan kemungkinan seseorang untuk menghubungi mantan kekasih mereka. 

32% wanita mengakui bahwa mereka seringkali mencoba mengontak mantan mereka ketika sebagian di antaranya sudah berhubungan dengan orang lain. 

Begitu pula dengan pria. 1 dari 5 pria yang mengikuti survei sudah memiliki pasangan ketika mereka mencoba menghubungi mantannya kembali. Pada kondisi seperti inilah perselingkuhan rentan terjadi.

Jejaring sosial memang memudahkan kita dalam melakukan komunikasi dan menjalin silaturahmi dengan orang-orang yang sulit kita jangkau sekalipun kita mengenal mereka. Namun bila tidak digunakan dengan bijaksana, jejaring sosial apapun yang Anda gunakan, entah itu Facebook, Twitter dan sebagainya, bisa menjadi jerat bagi Anda.

 Bisa jadi Anda kecanduan jejaring sosial atau bahkan kecanduan berhubungan dengan orang lain yang sebenarnya tak perlu ada dalam hidup Anda.

Sumber : Vemale.com

Read More

Benarkah Facebook Akan Menghilang dalam 5 Hingga 8 Tahun Lagi?

Benarkah Facebook Akan Menghilang dalam 5 Hingga 8 Tahun Lagi?
Menurut Eric Jackson, pendiri Ironfire Capital, Facebook akan kehilangan dominansi sebagai pemain utama jejaring sosial tak kurang dari satu dekade.

“Dalam 5 hingga 8 tahun ke depan mereka akan kehilangan popularitasnya sebagai yang terjadi pada Yahoo,” kata Jackson. “Yahoo masih bisa menghasilkan uang, masih menguntungkan, dan masih punya 13.000 karyawan, tapi itu hanya 10% dari nilai tertingginya pada tahun 2000. Artinya, Yahoo telah ‘menghilang’.

Lebih lanjut Jackson mengatakan, ada tiga generasi perusahaan jejaring. Generasi pertama adalah portal jejaring besar seperti Yahoo, di mana kontennya dikumpulkan dalam satu tempat. Generasi kedua adalah jejaring sosial Facebook dan generasi ketiga adalah perusahaan yang memfokuskan sepenuhnya dalam mendapatkan hasil melalui platform mobile phone, sesuatu yang diperjuangkan oleh Facebook.

Saat Anda mengamati tiga generasi tersebut, seberapapun sukses Anda di generasi pertama, tampaknya Anda tidak akan mampu meraih sukes itu di generasi kedua, sebanyak apapun uang Anda, dan setinggi apapun pendidikan orang-orang yang bekerja untuk Anda,’ imbuh Jackson. “Lihat saja bagaimana Google harus berjuang keras masuk ke ranah jejaring sosial, dan kurasa Facebook pun akan sama kerasnya berupaya menghadapi tantangan saat masuk ke ranah mobile phone.”

Facebook mengakui beratnya tantangan di bidang mobile dalam aturan yang berlaku. Perusahaan tersebut menyatakan, bahwa angka pertumbuhan pengguna mobile melalui Facebook tak bisa diharapkan dan “bisa berdampak negatif pada pemasukan keuangan kami.”

“Dunia berputar cepat dan makin kompetitif, dan kurasa mereka-mereka yang dominan pada generasi sebelumnya akan berjuang keras untuk masuk ke generasi yang lebih baru,” katanya. “Facebook bisa saja membeli sekelompok perusahaan mobile, tapi tetap saja ia adalah perusahaan websita yang besar dan gemuk dan ini berbeda dengan mobile app.” (Sumber : CNBC)

Read More

Banyak Pengguna Facebook Menerima Permintaan Pertemanan dari Orang Tak Dikenal

Banyak Pengguna Facebook Menerima Permintaan Pertemanan dari Orang Tak Dikenal
Satu hal yang paling banyak dikritik soal Facebook adalah sulitnya mengatur privasi di jejaring sosial itu. 

Situs tersebut ingin Anda berbagi data pribadi secara gamblang dengan teman, keluarga dan lainya, semata-mata untuk meningkatkan jumlah pengguna dan memanfaatkan data yang ada untuk beriklan. 

Faktanya, sasaran itu berhasil, karena Facebook mampu meraup hingga $100 juta. 

Bagi pengguna, makin banyak berbagi (data/ informasi), makin besar resiko di-hack, mendapatkan karyawan potensial, atau bahkan dirampok. 

Hal ini memprihatinkan, karena 13 juta pengguna dari AS enggan memeriksa pengaturan privasi mereka, sementara di Inggris, separo pengguna Facebook menerima permintaan pertemanan dari orang tak dikenal dengan suka cita. 

Majalah Consumer Report mengatakan, lebih dari 13 juta pengguna Facebook di AS malas melindungi privasi mereka, yang artinya tanpa disadari telah berbagi data ke orang tak dikenal. Dari 13 juta tersebut, lebih dari seperempatnya memilih opsi untuk menampilkan data mereka kepada siapapun, bukan hanya teman dan keluarga. 

Facebook memperkirakan ada 188 juta penggunanya di AS, yang artinya sekitar satu dari 15 pengguna tak pernah membuka pengaturan privasi mereka. Sementara itu, di Inggris dilaporkan bahwa 90% dari mereka menerima undangan dari orang yang tak dikenal, dan 51% nya menjadikannya ‘teman’. 

Consumer Reports mendesak para pengguna agar lebih memperhatikan pengaturan privasi mereka. 

Editor teknologi, Jeff Fox, mengatakan “Facebook benar-benar telah merubah cara berkomunikasi sosial di seluruh dunia dan telah menjadi jasa pelayanan yang berhasil dalam meningkatkan jumlah data pribadi yang bisa menyebar lebih luas dari yang dibayangkan penggunanya.” 

“Penyelidikan kami mengungkapkan beberapa hal menarik, dan kecenderungan yang meresahkan, tapi patut diketahui oleh konsumen yang berharap data pribadi mereka terjaga dengan aman.” 

Laporan tersebut juga mengidetifikasi bahwa 4,8 juta pengguna telah memposting status update, mengatakan apa yang akan mereka lakukan hari itu, sehingga memberi peluang pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. 

4,7 juta orang lainnya memilih ‘like’ pada postingan yang terkait dengan masalah kesehatan, dan Consumer Report menyatakan bahwa informasi itu dapat digunakan oleh perusahaan asuransi untuk ‘melawan’ mereka. 

Consumer Report menemukan, bahwa hampir 40 juta orang di AS diidentifikasi anggota keluarga mereka berdasarkan profilnya, 20 juta orang menampilkan tanggal lahir, dan 8 juta me’like’ hal-hal yang terkait dengan keyakinan agama mereka. 

Empat juta orang lainnya mendiskusikan kehidupan cinta mereka di wall, sementara sekitar 2,5 juta orang membahas kebiasaan minum atau orientasi seksual mereka. 

Survey tersebut dilakukan pada 2.002 rumah tangga di Amerika, di mana 1.340 di antaranya aktif menggunakan Facebook, sebagaimana dilaporkan oleh Consumers Report. 

Laporan terpisah tentang perilaku Facebooker Inggrisyang dibuat oleh Legal & General menemukan bahwa 9 dari 10 warga Inggris pengguna jejaring sosial tersebut menerima permintaan permintaan dari orang tak dikenal, dan 51% dari mereka menerima permitaan itu. 

Hal ini dimanfaatkan oleh para kriminal dengan membuat profil palsu untuk menjebak bakal korbannya. 

Mark Johnson dari The Risk Management Group mengatakan “Dari percobaan yang dilakukan TRMG, orang cenderung suka berhubungan dengan orang lain yang belum pernah bertemu sebelumnya jika mereka punya teman yang sama, karena sesuatu yang diketahui seperti Triadic Closure Principle.” 

“Tingkat ketertarikan pada profil online, seperti “Liking’ pada kelompok minat yang sama sebagai sasaran, juga meningkatkan kecenderungan orang menerima atau meminta hubungan pertemanan dengan orang tak dikenal.” 

“Kejahatan digital melihat peluang ini dengan membuat profil abal-abal semenarik mungkin, membuat tipuan-tipuan untuk menjerat mangsa mereka.” 

“Pada beberapa kasus mereka bahkan membiarkan korban masuk ke dalam jebakan mereka, dan menanamkan dalam pikiran si korban bahwa profil palsu mereka layak dipercaya.” 

Michael Fraser, mantan maling yang tobat dan membintangi acara Beat the Burglar di BBC, mengatakan “Makin percaya orang pada pengaturan privasi di jejaring sosial, mereka akan makin terkecoh dengan keamanan hubungan online, dan salah menganggap kalau semua teman mereka di Facebook dapat dipercaya.” 

“Dengan kondisi itu, secara tak sadar orang akan mengumbar informasi pribadi berharganya yang akan menjadi mangsa empuk para penjahat. 

Para pelaku kejahatan digital tahu cara mengincar sasarannya. Sebagai contoh, orang yang punya lebih dari 500 teman di Facebook cenderung tidak mengenal semua temannya tersebut secara pribadi dan karenanya cenderung menerima permintaan pertemanan dari orang tak dikenal.” 

“Dengan banyaknya jumlah teman, di mana di antaranya ada yang ‘palsu’, secara tak sadar memberikan peluang kepada pelaku kejahatan untuk melihat informasi pribadi mereka.” 

 Sumber : Daily Mail
Read More

Apakah Teman di Facebook Benar-benar Teman Anda?

Apakah Teman di Facebook Benar-benar Teman Anda?
Terbitan terbaru The Atlantic mempertanyakan: Apakah Facebook Membuat Kita Kesepian?

Facebook tak perlu membuat Tanja Hollander kesepian, sebetulnya, tapi membuatnya bingung. Sekitar dua tahun lalu ia melihat jumlah teman di Facebooknya ada 626, dan ia mulai menganalisanya.

“Yang kuemukan adalah orang-orang yang tidak pernah kutemui atau bercakap-cakap di kehidupan nyata; ada mantan pacar dengan pacar barunya, ada mantan pasangan dari teman, penjual barang-barang seni, kurator, dan teman SMA yang tak pernah saya temui sejak 20 tahun lalu,” tulisnya di websitenya.

Sejak itu, Hollander menjalankan misi memotret sertiap orang yang ada di daftar temannya di Facebook. (Tentu saja jumlahnya mengalami perubahan karena adanya tambahan teman baru, khususnya setelah proyek pemotretannya itu. Tapi ia juga menegaskan kalau ia tidak curang, meskipun situasinya kadang canggung). Ia telah memotret sekitar sepertiga teman dan berencana untuk melanjutkannya sampai selesai.

“Aku memulai proyek ini dengan sedikit sinis, (dalam hati): ‘Tak mungkin orang akan mengejekku.,’” katanya di telepon. “Kupikir kami punya perasaan yang sama, baik di Facebook maupun di dunia nyata”.

Tapi temannya, baik yang nyata, virtual ataupun keduanya, sangat antusias dengan proyek itu.

Hollander mencontohkan: Satu kenalan di Facebbok, yang ia tambahkan sebagai kontak profesional, dan tak perlu memandangnya sebagai teman “dunia nyata”, mempersilakannya tinggal di apartemennya selama seminggu tanpa banyak tanya.

“Aku sangat terkejut melihat betapa ramhanya orang-orang ini,” katanya. Tampaknya yang diperlukan hanya waktu untuk tatap muka untuk membuat sebuah persahabatan menjadi nyata.

Dan, tak seperti kebanyakan dari kita, Hollander memperoleh pengalaman tatap muka yang menyenangkan, karena mendapat dukungan finansial dari berbagai sponsor, termasuk Portland Museum of Art di Maine.

Ia pun melanglang buana dengan biaya yang tak murah. Lebih aneh lagi, proyek tentang budaya digital ini telah difilmkan. Atau mungkin tidak begitu aneh. Faktanya, film nyata bisa jadi merupakan metafora dari teman-teman yang nyata: Ada kelanggengan dan bobot untuk itu, meskipun agak tidak nyaman.

“Dengan kemudahan dan popularitas bidang fotografi menjelang abad 20, potret-potret alam formal lambat laun berkurang,” tulisnya di statement proyek. “Potret keluarga tradisional mulai menghilang”.

Jadi, Hollander tertarik pada individu-individu berjumlah lebih dari 626 orang; tapi ia juga tergelitik untuk mengupas lingkungan yang membentuk individu-individu tersebut. Rumah tempat mereka tinggal; meja yang mereka duduki; sofa tempat mereka bersantai bersama, dalam kehidupan nyata.

“Di dunia yang terpengaruh sosialisasi gaya novel, kehidupan bermasyarakat kita makin berkurang,” tulis Stephen Marche di The Atlantic. “Kita hidup dalam sebuah kontradiksi percepatan: makin kita terhubung, maka makin kesepian kita”.

Di lain pihak, bahkan Hollander, yang memulainya dengan skeptis, memanfaatkan media sosial itu untuk mempromosikan proyeknya.

“Facebook bukanlah pengganti persahabatan di dunia nyata,” katanya, “tapi menjadi jalan untuk memulai hubungan”.

Apa yang diungkap dalam foto-foto Hollander adalah bahwa ia tinggal di Portland, Maine, dan ia menjadi anggota aktif komunitas seni di sana. Bahwa makin banyak teman kuliahnya, makin banyak teman lainnya dari teman-temannya. Jika Anda memotret teman Facebook Anda, akan seperti apa jadinya? Dan seberapa canggung prosesnya?

Sumber : npr
Read More

Facebook Bisa Membuat ‘Ketagihan’

Facebook Bisa Membuat ‘Ketagihan’
Facebook adalah sebuah aktifitas yang membentuk kebiasaan, tapi para pengguna yang menghabiskan banyak waktu pada situs ini mengatakan kalau mereka kurang bahagia dengan hidupnya.

Para peneliti dari University of Gothenburg mengatakan bahwa banyak pengguna yang langsung log in ke Facebook begitu mereka menyalakan komputer, dan perilaku ini dapat berkembang menjadi ‘ketagihan’.

Orang dengan penghasilan dan berpendidikan rendah adalah yang paling beresiko.

Lebih dari 85% pengguna mengatakan bahwa mereka setiap hari berfacebook ria, di mana setengahnya menyatakan langsung masuk ke Facebook begitu mulai mengakses internet.

Setengah dari mereka khawatir tidak akan menjadi ‘yang teratas’ jika tidak segera log in ke Facebook, dan 25% di antaranya mengatakan merasa galau jika tidak log in rutin.

Survei di Swedia terhadap 1.000 orang berusia 18-73 tahun menunjukkan kalau jejaring tersebut mempunyai sisi buruk.

“Berfacebook ria bisa menjadi kebiasaan yang tak disadari. Mayoritas responden log in setiap kali memulai akses internet. Hal ini bisa berkembang menjadi ketagihan,” kata Leif Denti, mahasiswa program doktoral psikologi di University of Gothenburg.

Orang berpenghasilan dan berpendidikan rendah menghabiskan lebih banyak waktu dengan Facebook.

Secara umum wanita adalah yang paling aktif dibandingkan pria.

Pengguna berpenghasilan dan berpendidikan rendah menggunakan Facebook lebih banyak daripada kelompok lain. Di group ini, pengguna yang menghabiskan lebih banyak dengan Facebook dilaporkan juga merasa kurang bahagia dan hampa dalam hidupnya.

Hubungan ini juga mewakili kaum wanita, sementara yang pria tidak.

Yang juga mengejutkan tentang situs jejaring sosial ini adalah bahwa meskipun banyak pengguna yang saling bertukar ‘berita pribadi’ melalui situs ini, tapi isinya cenderung murni berfokus pada hal-hal positif.

“Facebook adalah sarana sosial yang secara jelas digunakan untuk menjalin hubungan dengan teman-teman dan keluarga.”

“Tapi pengguna tidak menulis sembarangan, sebagian besar tulisan yang mereka share menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kejadian penting dan positif dan mereka merasa nyaman. Hanya 38% yang menulis tentang emosi dan kejadian negatif,: kata Leif Denti.

Sumber : Daily Mail

Read More

‘Sisi Gelap’ Facebook: Studi Temukan Kaitan pada Narsisme Agresif secara Sosial

‘Sisi Gelap’ Facebook: Studi Temukan Kaitan pada Narsisme Agresif secara Sosial
Telaah psikologi menemukan bahwa Facebook dan media sosial lainnya menawarkan sarana untuk orang-orang yang obsesif dengan citra diri dan pertemanan yang dangkal.

Para peneliti telah menetapkan sebuah kaitan langsung antara jumlah teman yang dimiliki di Facebook dengan derajat yang menunjukkan sifat narsis ‘yang secara sosial mengganggu’, sebagai konfirmasi atas kesimpulan dari sejumlah orang yang skeptis pada media sosial.

Orang-orang yang mendapat nilai tinggi pada kuesioner Narcissistic Personality Inventory punya lebih banyak teman di Facebook, men-tag dirinya sendiri lebih sering dan meng-update newsfeed mereka lebih rutin.

Penelitian yang dilakukan ditengah maraknya bukti bahwa kaum muda makin meningkat sifat narsisnya, dan terobsesi dengan citra diri dan dangkalnya pertemanan.

Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Personality and Individual Differences juga menemukan bahwa narsisme merespon lebih agresif pada komentar-komentar yang tak mengenakkan tentang mereka di dinding situs jejaring sosial dan mengubah profil mereka lebih sering.

Sejumlah penelitian sebelumnya mengaitkan narsisme dengan penggunaan Facebook, tapi yang ini adalah semacam bukti awal dari hubungan langsung antara teman-teman Facebook dengan elemen paling ‘meracuni’ dari kelainan kepribadian narsis.

Para peneliti di Western Illinois University mempelajari perilaku Facebook dari 294 orang berusia antara 18 sampai 65 tahun, dan diukur dua elemen “gangguan sosial” dari narsisme, yaitu grandiose exhibitionism (GE) dan entitlement/exploitativeness (EE).

GE mencakup “daya serap diri, kesombongan, keunggulan, dan kecenderungan pamer” dan orang-orang yang memperoleh nilai tinggi pada aspek narsisme ini butuh menjadi pusat perhatian secara konstan. Mereka kerap mengatakan hal-hal yang mengejutkan dan secara tak pantas menyingkap dirinya sendiri karena mereka tak tahan untuk diabaikan atau menyia-nyiakan peluang untuk memamerkan diri.

Aspek EE meliputi “perasaan pantas dihargai serta hasrat memanipulasi dan mengungguli yang lain”.

Riset menemukan bahwa makin tinggi nilai aspek GE-nya, makin besar jumlah teman di Facebook, hingga mencapai lebih dari 800.

Mereka yang mendapat nilai tinggi pada EE dan GE lebih cenderung menerima permintaan pertemanan dari orang asing dan mencari dukungan sosial, tapi kurang memberikan dukungan.

Carol Caig, peneliti sosial dan chief executive pada Centre for Confidence and Well-being, mengatakan bahwa kaum muda di Inggris makin meningkat sifat narsisnya dan Facebook dituding sebagai biang penyedia sarana atas kelainan tersebut.

“Cara mendidik anak makin difokuskan pada pentingnya harga diri – pada bagaimana Anda memandang mata orang lain. Metode pengajaran ‘semua tentang aku’ ini diimpor dari AS.”

“Facebook memfasilitasi orang-orang yang ingin memamerkan dirinya dengan cara merubah foto profil dan menunjukkan ratusan teman yang dimilikinya, bahkan ada yang lebih dari 1.000.”

Dr Viv Vignoles, dosen senior pada psikologi sosial di Sussex University, menyatakan ada “bukti yang jelas” dari studi di Amerika di mana para mahasiswa meningkat sifat narsistiknya.

Tapi ia menambahkan: “Apakah itu berlaku juga bagi non mahasiswa atau kaum muda di negara lain, seperti Inggris misalnya, masih menyisakan pertanyaan, sejauh yang saya ketahui.”

“Tanpa memahami penyebab yang mendasari perubahan historis pada mahasiswa AS, kita tidak akan tahu apakah penyebab tersebut merupakan faktor yang secara relatif spesifik untuk budaya Amerika, seperti fokus politis pada peningkatan harga diri pada akhir 80-an dan awal 90-an atau ada faktor yang lebih umum, misalnya teknologi baru seperti ponsel dan Facebook.”

Vignoles mengatakan, korelasi alamiah dari studi terbaru berarti sulit untuk memastikan apakah perbedaan individual dalam narsisme membuat pola yang berbeda pada perilaku Facebook, apakah pola perilaku Facebook menjadikan perbedaan individual dalam narsisme, atau secuil dari keduanya.

Christopher Carpenter yang melakukan studi mengatakan: “Secara umum, sisi gelap Facebook butuh penelitian lebih lanjut dalam rangka memahami manfaat sosial Facebook secara lebih baik dan aspek-aspek yang merusak demi meningkatkan mantan pengguna dan membatasi calon pengguna.

“Jika Facebook digunakan oleh orang-orang yang ingin memperbaiki ego mereka yang rusak dan mencari dukungan sosial, sangat penting untuk menggali potensi komunikasi negatif yang mungkin dapat diperoleh di Facebook dan orang-orang baik yang ingin berkenalan dengan mereka. Idealnya, orang akan lebih suka menggunakan Facebook untuk tujuan baik ketimbang merusak.”

Sumber : the guardian

Read More

Facebook Berperan Besar Melunturkan Kesetiaan

Facebook Berperan Besar Melunturkan Kesetiaan
Kenapa orang berselingkuh? Berbagai penelitian telah dilakukan, tapi riset menunjukkan 25%-60% pria dan lebih dari 45% wanita bakal berselingkuh saat rumah tangganya bermasalah. Perselingkuhan berdampak 1 dari 3 pasangan berpisah.

Amerika yang terkenal sangat liberal pun, termasuk soal seks, ternyata masih menjunjung tinggi moral mereka. Riset tahun 1973 menunjukkan bahwa 70% orang Amerika mengatakan kalau selingkuh itu salah. Pada 2004 angkanya meningkat menjadi 82%. Tahun 2006 mereka mengatakan kalau perzinahan lebih buruk daripada poligami dan cloning manusia.

Meski demikian, jumlah wanita yang mengaku berselingkuh makin meningkat. Sebuah studi menyatakan bahwa lebih dari satu setengah wanita menikah mempunyai setidaknya kekasih gelap setelah mereka menikah di bawah usia 40 tahun.

Dewasa ini wanita punya kesempatan yang sama dengan pria dalam mencari pasangan ataupun berselingkuh. Makin banyak wanita yang bekerja, berkendara dan membawa ponsel. Dengan adanya internet dan peralatan elektronika portable seperti laptop dan ponsel membuat hubungan di dunia maya makin mudah, sehingga berpeluang terjadinya keintiman online.

Alasan lain yang jadi pemicu tingginya tingkat ketidaksetiaan adalah menjamurnya situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Jejaring sosial tersebut menyediakan sarana untuk berselingkuh yang sebelumnya tidak ada. Orang jadi mudah bertemu secara online dan membangun hubungan yang lebih jauh, bahkan hingga berlanjut ke arah seksual.

American Academy of Matrimonial Lawyers (AAML) mengatakan Facebook adalah yang paling bertanggung jawab atas 1 dari 5 perceraian yang terjadi di Amerika saat ini. Pengacara perceraian juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan 80% yang menggunakan Facebook sebagai bukti di pengadilan selama lebih dari 5 tahun ini. Facebook digunakan di 66% kasus pengadilan sebagai alasan utama untuk bukti perceraian.

Pornografi di internet kemungkinan juga berperan pada tingginya tingkat perselingkuhan. Situs porno mudah diakses dan pengaksesnya tak perlu khawatir identitasnya diketahui. Tammy Nelson, PhD., seorang pakar seks dan relationship menuturkan, ada sepasang suami istri datang ke kantornya untuk berkonsultasi. Mereka menuding pornografi adalah biang masalah di rumah tangga mereka.

Sang istri menjelaskan, “Suamiku ingin berhubungan seks seperti wanita dalam adegan di film porno. Kukatakan padanya kalau tidak semua wanita mau seperti itu.”

Sang suami tak sependapat. “Semua wanita suka kok,” katanya.

Istri tanya, “Wanita mana yang kau maksud?”

Suami menjawab, “Selama ini aku melihat semua wanita begitu. Sepertinya mereka menikmatinya. Kurasa ada yang tak beres denganmu kalau kau tak mau mencobanya. Itu normal kok.”

Bagi sejumlah pasangan, tontonan porno bisa membuka wawasan dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupan seksual mereka, tapi di lain pihak, banyak orang yang butuh terapi mengeluh tentang situs porno yang diakses pasangan mereka. Dan bagi sebagian lainnya, pornografi bisa menjadi gerbang untuk menirunya dengan orang lain selain pasangan sahnya. (thirdage.com)

Bicara soal Facebook sebagai penyebab perselingkuhan rasanya tidak berlebihan. Setidaknya ada 3 orang yang saya kenal melakukan itu, 1 di antaranya berujung perceraian. Yang mengherankan, pasangan yang bercerai tersebut usianya bisa dikatakan sudah tidak muda lagi. Sang pria, yang kebetulan pernah bekerja di satu perusahaan yang sama dengan saya, usianya sekitar 55 tahun dan istrinya hampir 50 tahun. Sang istri berselingkuh dengan mantan pacarnya yang berawal dari Facebook! (mp2)

Foto : midgetspar.com

Read More

Dampak Facebook pada Perkawinan

Dampak Facebook pada Perkawinan
Pesan pribadi online telah menggantikan panggilan “telepon misterius”. Keberadaan internet membuat perselingkuhan menjadi jauh lebih mudah dari sebelumnya, apalagi dengan adanya bantuan dari situs jejaring sosial seperti Facebook.

Faktanya, dari sebuah survei oleh American Academy of Matrimonial Lawyers terungkap, bahwa 20% perceraian terjadi karena perselingkuhan via akun Facebook. Perselingkuhan secara online kian marak belakangan ini, di mana hampir 80% pengacara perceraian melihat adanya peningkatan kasus perceraian yang menggunakan media semacam Facebook sebagai bukti, demikian dilaporkan oleh ABC's Good Morning America.

Percaya atau tidak, ada sebuah website yang dibuat khusus untuk peselingkuh via Facebook yang bernama FacebookCheating.com. Website itu ditemukan oleh Ken Savage dari Boston, Massachusetts karena, seperti yang Anda duga, istrinya (sekarang sudah diceraikan) berselingkuh dengan pacar lamanya.

ABC News melaporkan, bahwa para terapis meyakini kalau Facebook tak sepenuhnya menjadi biang kerok atas kasus perselingkuhan :

Sebuah hubungan dibuat dan menjadi platonis (terjalin kuat), kemudian berkembang menjadi lebih dari itu. Hubungan yang kelewatan itu tak semata-mata kesalahan Facebook, kata terapis.

Penasehat perkawinan Terry Real menambahkan : “Sebelum Facebook muncul, ada e-mail, dan sebelum ada e-mail, ada telepon. Masalahnya bukan pada Facebook, tapi terkikisnya rasa cinta dalam perkawinan Anda.”

Sumber : thirdage.com

Read More

10 Game Facebook Terpopuler Tahun 2012

10 Game Facebook Terpopuler Tahun 2012
Bermain game sambil berinteraksi dengan teman di Facebook sungguh mengasyikkan. Ada banyak komunitas game di jejaring sosial tersebut, beberapa di antaranya adalah favorit para penggunanya, dari anak-anak hingga dewasa.

Sebagai platform terbesar untuk game-game interaktif, Facebook merilis game terpopuler di 2012 ini yang boleh jadi akan memikat jutaan penggunanya di seluruh dunia.

1. Indiana Jones Adventure World

2. Gardens of Time

3. Dragon Age Legends

4. The Sims Social

5. Empires & Allies

6. Cityville

7. PixelJunk Monsters Online

8. Words with Friends

9. Bingo Blitz

10. Mafia Wars 2

Sumber : thewondrous.com

Read More

Menghapus Foto di Facebook Tidak Berarti Langsung Terhapus

Menghapus Foto di Facebook Tidak Berarti Langsung Terhapus
Foto-foto di Facebook yang sudah dihapus, ternyata tidak berarti tidak dapat diakses. Foto-foto tersebut masih dapat dilihat melalui link langsung ke URL-nya.

Hal ini diakui oleh pengelola Facebook yang mengatakan, bahwa sistemnya tidak selalu menghapus foto/ gambar dalam kurun waktu tertentu.

Tentu saja para pengguna Facebook resah, apalagi mereka yang telah menghapus foto-foto memalukan mereka dengan harapan tidak dapat lagi dilihat oleh orang lain.

Memang benar menghapus foto akan membuat foto tersebut menghilang dan tak terlihat lagi secara ‘normal’, tapi sebenarnya siapapun masih bisa melihatnya dengan menggunakan link URL foto bersangkutan.

Facebook telah berkali-kali berjanji akan membenahi masalah ini, namun masih saja terjadi. Jumlahnya pun masih lumayan banyak.

Situs teknologi Ars Technica melaporkan, bahwa sebuah foto balita telanjang yang dihapus pada 2008 masih bisa dilihat pada Februari 2012.

Sudah sering Facebook menerima informasi masalah tersebut, dan pengelolanya menyatakan kalau sudah diperbaiki. Mereka mengakui, bahwa ada masalah dengan penghapusan foto dan akan dibenahi pada sistem terbaru mereka.

Meskipun begitu, foto-foto yang dihapus masih saja bisa dilihat hingga lebih dari 45 hari setelah penghapusan.

Sumber : dailymail.co.uk

Read More

Facebook Akan Rilis Fitur Musik

Facebook Akan Rilis Fitur Musik
Facebook semakin gencar memperkaya diri, buktinya tersiar kabar bahwa situs jejaring sosial ini akan segera merilis fitur layanan musik dengan menggandeng spotify, MOG dan Rdio. Setelah menambahkan fitur permainan dan tayangan film streaming dari Miramax, Facebook semakin menjadi layanan jejaring sosial terdepan.

Seperti dilansir laman Digital Trends, Kamis (1/9), secara resmi mengenai peluncuran fitur terbaru ini akan diumumkan pada akhir September. Dengan fitur ini, pengguna Facebook dapat mendengarkan musik dari layanan gratis, dengan streaming tak terbatas namun menggunakan biaya bulanan.

Layanan musik ini menggunakan pihak ketiga, serupa dengan layanan permainan Zynga pada Facebook. (Tanti Yulianingsih/ADO)

Sumber : liputan6.com

Read More

Kenapa Tidak Ada Wanita di Jajaran Direksi Facebook?

Kenapa Tidak Ada Wanita di Jajaran Direksi Facebook?
Hampir 800 juta pengguna (atau sekitar 58% dari seluruh pengguna) jejaring sosial Facebook adalah wanita. Tapi anehnya, di jajaran Direksi Facebook sendiri tak ada satu pun wanita.

Hal ini dianggap janggal, karena untuk perusahaan media sosial sebesar itu setidaknya ada satu wanita yang duduk di pucuk pimpinan.

"Sudah lama kami menekankan perlunya wanita menempati posisi penting di perusahaan, karena mereka punya kemampuan memimpin sebaik pria," kata Anne Mulcahy, mantan pimpinan Xerox Corp. dan direktur di Johnson & Johnson Co., Target Corp. serta Washington Post Co. "Sangat disayangkan, perusahaan yang mempunyai konstituen wanita dalam jumlah besar malah tidak mempunyai wanita di jajaran direksinya".

Menurut survey yang dilakukan oleh majalah Fortune 500 antara tahun 2005 dan 2009, perusahaan yang menempatkan 3 wanita atau lebih di pucuk pimpinan mempunyai kinerja yang lebih baik. Itulah sebabnya aneh kalau Facebook tak punya satu pun direktur wanita. Mereka akan mengalami kesulitan mengembangkan ide-ide dan strategi, kata Susan Stautberg, co-founder New York-based Women Corporate Directors, yang getol memasyarakatkan pentingnya wanita di jajaran direksi.

Hal ini bertentangan dengan tujuan situs jejaring tersebut yang berambisi menjadi agen kesetaraan dan keterbukaan, lanjut Stautberg.

Sumber : Bloomberg

Read More

Inilah Alasan Orang Menggunakan Facebook

Inilah Alasan Orang Menggunakan Facebook
Facebook adalah fenomena menarik yang tak ada habisnya untuk dikaji.

Sebuah penelitian terbaru tentang Facebook yang dilakukan oleh Ashwini Nadkarni dan Stefan G. Hofmann dari Boston University menyebutkan, bahwa situs jejaring sosial tersebut memenuhi 2 kebutuhan primer manusia, yaitu (1) kebutuhan untuk memiliki (the need to belong) dan (2) kebutuhan unjuk diri (the need for self-presentation). Penelitian itu juga memasukkan faktor demografi dan budaya yang terkait dengan kebutuhan memiliki, serta variasi jenis kepribadian dalam penggunaan Facebook.

Penelitian yang berjudul "Why do people use Facebook?" tersebut mendefinisikan situs jejaring sosial (social networking sites/ SNSs) sebagai “Pelayanan berbasis internet yang memberikan setiap individu 3 kemampuan utama: Kemampuan membangun profil publik atau semi pribadi, mengidentifikasi user lain yang terhubung untuk berbagi, serta melihat dan melacak hubungan yang dibuat antara individu satu dengan lainnya”.

Pengguna Facebook berdasarkan Demografi

Sebelum 2009, MySpace adalah situs jejaring terpopuler, namun pada 2009 berakhir. Penelitian yang dilakukan pada 2008 oleh E. Hargittai menemukan, bahwa mahasiswa Hispanik mencapai 25% dari populasi di MySpace, sementara di Facebook hanya 14%. Demografi Facebook benar-benar berbeda. Wanita lebih suka menggunakan Facebook dibandingkan pria, dan mahasiswa Hispanik kurang begitu suka menggunakannya dibandingkan yang Kaukasia.

Penelitian dari tahun 2009 oleh Grasmuck, Martin & Zhao mendapati, bahwa mahasiswa Afrika Amerika, Latin dan India menunjukkan “intensitas yang besar dari jati diri budaya (ditandai dengan preferensi konsumen tertentu dan budaya populer) dari pada mahasiswa kulit putih dan keturunan Vietnam.

Jenis Pengguna Facebook Ditinjau Dari Pendekatan Cyberpsychology

Penelitian sebelumnya mencoba mencari tahu kesamaan antara gambaran kepribadian saat offline dengan online, untuk membuktikan adanya hubungan yang kuat antara kepribadian yang sebenarnya dengan perilaku di Facebook. Hasilnya, orang ekstrovert mempunyai paling banyak teman dan tingkat keterlibatan tertinggi.

Keterlibatan dalam Facebook berupa jejak bermacam-macam material maya, termasuk foto, video, link, update status dan jejak lainnya yang menunjukkan presensi maya. Sebuah penelitian tahun 2009 oleh Ross dkk mendapati, bahwa jenis kepribadian neurotik (orang yang memiliki kehendak yang lebih kuat ketimbang kebanyakan orang) tinggi menjadikan Dinding Facebook sebagai komponen favorit, sementara yang berjenis neurotik rendah lebih menyukai foto. Sementara itu, berdasarkan penelitian oleh E.S. Orr,dkk. Diketahui, bahwa seorang pemalu mempunyai teman relatif lebih sedikit dibandingkan yang bukan pemalu. Juga, si pemalu lebih betah berlama-lama dengan Facebook dan menyukai jejaring sosial lebih dari yang lainnya.

Penelitian berjudul "Narcissism and social networking web sites" yang dilakukan tahun 2010 lalu menemukan fakta akan adanya hubungan yang erat antara narsisme dengan penggunaan Facebook, khususnya yang berkaitan profil dan foto, dua fitur yang dapat dipakai untuk unjuk diri sendiri. Penelitian itu juga mendapati, bahwa orang dengan tingkat narsisme tinggi dan orang dengan tingkat self-esteem (harga diri) rendah menghabiskan waktu lebih dari 1 jam sehari untuk berFacebook.

Pengguna Facebook yang “memamerkan versi ekstra tingkat tinggi, self esteem rendah, neurotik dan narsistik tinggi, serta self esteem dan self worth (percaya diri) rendah berkaitan dengan tingginya frekuensi penggunaan Facebook”. Penelitian tersebut mencatat, bahwa frekuensi penggunaan Facebook kemungkinan terkait dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, tetapi cenderung memiliki self esteem dan rasa ingin memiliki yang lebih tinggi.

Sumber : digg.com

Read More

Apa yang Sebenarnya Dilihat Orang Pada Profil Facebook Anda?

Apa yang Sebenarnya Dilihat Orang Pada Profil Facebook Anda?
Saat orang melihat profil Facebook Anda, mungkin Anda mengira mereka tertarik pada aktifitas atau pemikiran Anda melalui status update, link artikel, atau foto yang Anda upload ke dinding Anda. Nyatanya, para peneliti mengungkapkan, hal yang membuat mereka berlama-lama melihat profil Anda adalah foto profil Anda!

Menurut penelitian EyeTrackShop yang dilakukan Mashable, teman-teman lama maupun baru Anda, lebih suka berlama-lama memandangi foto profil Facebook Anda. Mereka juga melihat foto-foto teman Anda atau thumbnail foto mereka dalam berbagai tingkatan.

Penelitian yang melibatkan 30 orang tersebut menggunakan webcam untuk mengamati gerak-gerik mata mereka setiap 10 detik saat melihat melihat halaman profil di Facebook, LinkedIn, Google+, YouTube, Tumblr, Twitter, Flickr, Pinterest, dan situs jejaring sosial lainnya.

Di Klout, Facebook, dab StumbleUpon, foto profil adalah bagian yang jadi prioritas untuk dilihat, sedangkan di LinkedIn, mereka lebih banyak melihat job title, bukan foto, informasi singkat, jumlah kontak, maupun rekomendasi.

Dalam penelitian ini, hal-hal yang tampak di bagian atas halaman Anda akan mendapat perhatian lebih, baik di Pinterest maupun Facebook.

Apa artinya? Jika Anda menggunakan media sosial untuk mencari pekerjaan, di samping mematuhi ketentuan yang berlaku di media tersebut secara wajar, pastikan foto profil Anda terlihat profesional dengan job title yang baik, serta memberikan informasi penting dan relevan di bagian atas halaman profil Anda.

Sumber : shine.yahoo.com

Read More

Awas! Jebakan Virus Via Facebook Chat

Awas! Jebakan Virus Via Facebook Chat
(News Today) - Jangan sekali-sekali menge-klik link yang dikirim teman lewat layanan Facebook Chat jika belum jelas sumbernya. Bisa jadi, link tersebut adalah jebakan virus yang disebar lewat akun teman yang sudah dibajak. Sekali terjebak, Anda kesulitan untuk mengatasinya.

Kenapa patut diwaspadai? Pembuat virus ini rupanya tahu kelemahan Facebook sehingga membuat jebakan bukan lewat aplikasi sehingga sulit diblokir administrator Facebook. Menurut laporan Vaksincom, serangan ini menyebar sejak pertengahan Agustus 2011. Hingga saat ini banyak pengguna komputer yang sudah terinfeksi oleh serangan jenis worm/rootkit yang dikenal dengan nama W32/Kolab.xx oleh Norman Security Suite. Virus ini juga disebut Click1.

Tercatat, sudah puluhan varian sejak Agustus yang disebarkan oleh pembuat virus ini. Hebatnya, pada saat awal kemunculannya selama 2 minggu pertama mayoritas antivirus bahkan tidak dapat mendeteksi worm/rootkit tersebut sampai dengan awal September 2011.

Kolab disebarkan lewat layanan Facebook Chat. Umumnya hanya pesan singkat, misalnya iming-iming video lucu atau video porno disertai link-nya. Begitu link tersebut di-klik, komputer akan mengunduh file virus secara otomatis yang akun Facebook terbajak.

Namun, hebatnya akun Facebook yang menjadi korban tidak akan mengalami perubahan apapun. Pembuat virus akan memanfaatkan akun-akun tersebut untuk menyebarkan lebih banyak link jebakan ke jaringan pertemanan tersebut. Hebatnya, saat akun korban mengirim link jebakan secara otomatis, tidak muncul jendela pop up sehingga pengguna facebook tak sadar akunnya sedang dimanfaatkan.

Masih Sulit Dibasmi

Satu-satunya cara efektif menghadapi serangan semacam ini adalah dengan mengantisipasi sejak awal. Layaknya situs phising, jangan mudah tergoda untuk membuka link yang dikirimkan orang lain meski dengan iming-iming menarik. Apalagi serangan macam Kolab termasuk jenis serangan yang sulit dibasmi. Vaksincom bahkan masih belum menemukan cara efektiof membasminya.

"Vaksinis sedang melakukan test ekstensif pada virus ini di laboratorium virus Vaksincom. Nantikan artikel berikut yang akan menggali lebih dalam tentang virus ini serta cara membasminya," tulis Ad Sap, dari Vaksincom dalam emailnya, Jumat (9/9/2011).

Kolab/Click1 tidak berjalan pada proses Windows sehingga sulit menemukan dan mematikan keberadaan worm/rootkit ini. Tetapi, worm ini justru mendompleng atau menumpang pada file Svchost.exe milik Windows, sehingga Anda akan sulit mematikannya. Jika Anda memaksa mematikan file Svchost.exe, komputer akan mengalami blue screen of death/BSOD. Termasuk jika Anda mencoba melakukan scan menggunakan tools tertentu seperti GMER, tools yang biasa digunakan untuk mendeteksi rootkit.

Walaupun tidak berjalan pada proses atau services Windows, Kolab/Click1 memanfaatkan file Svchost.exe Windows, untuk melakukan broadcast pada IP-IP tertentu. Agar dapat berjalan bebas tanpa hambatan, Kolab/Click1 mendaftarkan programnya pada Windows Firewall, sehingga diperbolehkan untuk melakukan koneksi dan broadcast.

Nah, sebelum Anda terjebak, catat tips hindari Kolab/Click1. Berikut beberapa tips bagi Anda jika tidak ingin terinfeksi dan menjadi korban dari worm/rootkit ini:
  1. Hindari melakukan klik pada link yang dikirim pada Anda, baik melalui pesan chat FB atau status.
  2. Beritahukan pada teman Anda, bahwa komputer tersebut telah terinfeksi virus, dan segera lakukan update dan scan komputer dengan antivirus yang terupdate.
  3. Jangan melakukan copy link atau melakukan pemberitahuan disertai link tersebut, karena dengan begitu Anda justru ikut menyebarkan link yang mengandung virus tersebut.
  4. Jangan meninggalkan FB Anda dalam keadaan aktif/login, sebaiknya Anda logout dahulu hingga Anda kembali.
  5. Gunakan Secure HTTP / HTTPS pada saat Login FB, hal ini agar FB Anda tidak mudah diakses oleh orang lain disekitar Anda.

Sumber : rudy-doank.blogspot.com

Read More

Tipu 5 Wanita Pakai Facebook

Tipu 5 Wanita Pakai Facebook
Daftar kasus kriminal yang memanfaatkan situs jejaring sosial makin panjang. Adalah Muhammad Hari Ismail (MHI), seorang warga Surabaya, berhasil memerdayai 5 orang wanita yang dikenalnya melalui facebook. Tak tanggung-tanggung, korbannya bukanlah gadis ingusan yang mudah digombali, tapi karyawati bank swasta, SPG, santriwati sebuah pondok pesantren, dan bahkan polwan khusus kereta api (polsuska). Dua di antara para korban itu ternyata mengaku telah menyerahkan kehormatannya karena dijanjikan akan dinikahi oleh MHI.

Modus yang digunakan adalah memalsukan identitas di situs jejaring terkemuka itu. Dalam profil di facebook ia menggunakan nama Ari Jeleks dan mengaku anggota TNI Angkatan Darat berpangkat Letnan Satu (Lettu). Tampang dan penampilannya memang mendukung untuk itu. Dalam setiap “copy darat”nya ia selalu mengenakan seragam lengkap TNI-AD dan pangkat Lettunya. Karena penampilan yang meyakinkan inilah para wanita itu rela dipacari dan kemudian mau saja meminjamkan uang Rp. 2-3 juta kepada MHI yang katanya untuk biaya tes pendidikan “ketentaraannya”, bahkan ditiduri.

Disarikan dari Jawa Pos edisi 8 Desember 2011.

Read More

Comments