Siapapun Anda atau apapun yang sedang Anda lakukan, segera matikan peralatan elektronik Anda saat pesawat take off dan landing.
Kenapa? Gregg Overman dari Allied Pilots Association menjelaskan, peralatan elektronik portabel dirancang untuk memancarkan dan menerima sinyal-sinyal dan ini dapat ditangkap oleh antena di pesawat komersial. Antena tersebut mengirim sinyal ke kabel-kabel yang terhubung dengan kunci sistem seperti autopilot, instrumen di kokpit, dan sebagainya.
Beberapa waktu lalu, aktor Alec Baldwin jadi topik pembicaraan di media karena diusir dari pesawat American Airlines karena menolak berhenti bermain game “Words With Friends.”
Baldwin keberatan dijadikan contoh, karena banyak penumpang lain yang juga sibuk menggunakan telepon dan peralatan elektronik lain saat itu.
Overman mengatakan, bahwa insiden seperti yang dialami Baldwin setiap hari terjadi, di mana banyak penumpang yang menolak untuk mematuhi aturan yang dibuat oleh FAA itu.
Banyak pilot yang melaporkan adanya gangguan sinyal, ujar Overman. “Gangguan sinyal dari peralatan elektronik dapat menimbulkan masalah selama fase-fase kritis penerbangan, seperti saat take off dan landing. Di sejumlah bandara, pesawat terbang harus mematuhi jadwal berpresisi tinggi yang dirancang untuk memaksimalkan lalu-lintas pesawat yang datang maupun pergi. Gangguan atas jadwal tersebut akan berdampak buruk,” katanya.
“Penumpang perlu diberitahu batasan penggunaan peralatan elektronik yang mereka bawa,” imbuh Overman.
Menurut FAA, ada beberapa pengecualian yang tetap diperbolehkan digunakan, misalnya perekam suara portabel, alat bantu dengar, alat pacu jantung, dan pencukur listrik, karena alat-alat tersebut tidak memancarkan sinyal yang mengganggu. FAA mengijinkan penggunaan laptop, peralatan game dan lainnya di atas ketinggian 10.000 kaki.
Telepon seluler (ponsel), menurut FAA, sedikit berbeda. Federal Communications Commission melarang penggunaan ponsel selama penerbangan, namun peraturan pemerintah mengijinkan penggunaan ponsel terbaru saat penerbangan “airplane mode” di atas 10.000 kaki. Di bawah itu, tetap dilarang.
Awal bulan lalu sebuah petisi diluncurkan di website White House, pada bagian “We The People”. Petisi tersebut meminta agar FAA merevisi aturan dengan mengijinkan penumpang menggunakan peralatan elektronik selama take off dan landing.
Alasannya, ada penelitian yang menyatakan, bahwa penggunaan peralatan elektronik selama take off dan landing hanya beresiko kecil.
Resiko kecil? Apakah kita akan mengatakan kecil jika itu menyangkut keselamatan penerbangan?
Jika pilot merasa, bahwa gangguan sinyal bisa mengganggu kerja mereka, pastilah ada alasan yang masuk akal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan RCTA (sebuah organisasi nonprofit dan komite penasehat teknis FAA terkait dampak atas pengambilan keputusan dan kebijakan) antara tahun 2003-2006, menunjukkan minimnya informasi yang mendukung perubahan kebijakan pelarangan penggunaan alat-alat elektronik di pesawat terbang. Dengan kata lain, mereka tak dapat membuktikan adanya resiko, tapi juga tak dapat membuktikan tidak adanya resiko.
“FAA sangat concern terhadap gangguan potensial pada sistem navigasi dan komunikasi pesawat terbang, utamanya saat take off, climb dan landing yang kami anggap sebagai fase kritis penerbangan,” kata Laura Brown, humas FAA.
Overman menimpali, “Intinya, kita bicara tentang ketidaknyamanan sedikit (dengan mematikan peralatan elektronika). Dalam penerbangan komersial, keselamatan adalah yang terpenting”.
Jadi, kalau ada yang keberatan mematuhi aturan untuk mematikan peralatan elektronika, tanyalah pada diri sendiri : Apakah Anda benar-benar ingin menggunakan peralatan elektronik dengan sedikit resiko gangguan terhadap komunikasi pilot? Apakah kenyamanan (menggunakan peralatan elektronik) itu yang patut diperjuangkan?
Email, musik atau game tidaklah sepenting keselamatan. Hanya butuh 15 menit tanpa itu semua, agar pilot dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan mengantar Anda sampai tujuan dengan selamat.
Sumber : marketwatch.com