Di jagad perkomikan Indonesia, khususnya yang bergenre superhero, nama Godam dan Gundala pastilah sudah tidak asing lagi. Dua karakter ciptaan komikus senior asal Jogja, Wid NS (alm) dan Hasmi, tersebut barangkali adalah superhero yang paling populer dan fenomenal di antara puluhan superhero yang pernah ada di Indonesia.
Di kalangan penggemar komik Indonesia ‘jadul’, sudah bukan rahasia lagi kalau lisensi Gundala telah beralih dari Hasmi ke PT Bumi Langit sekian tahun lalu. Mereka, para penggemar komik Indonesia, berharap dengan adalah pengalihan tersebut Gundala akan kembali bangkit meramaikan pasar komik Indonesia dengan cerita baru yang segar, mengingat Hasmi sang kreator telah semakin berusia senja dan tidak produktif lagi.
Namun sekian tahun berlalu, pada 2005 Bumi Langit selaku pemegang lisensi justru hanya menerbitkan ulang komik Gundala seri pertama, Dokumen Candi Hantu, dan Operasi Goa Siluman dengan format sama dengan versi awalnya, yaitu 2 panel per halaman.
Pada 2009 terbetik kabar bahwa Bumi Langit, bekerja sama dengan sejumlah penggemar dan komikus muda, berencana menerbitkan komik “Gundala Duta” sebagai peringatan 40 tahun kehadiran Gundala di jagad komik Indonesia. Komik yang sedianya merupakan kompilasi dari berbagai karya komikus tersebut, termasuk Hasmi, nyatanya tak terdengar lagi kabar beritanya.
Satu spekulasi perihal ‘menghilangnya’ Gundala dari peredaran adalah bahwa Bumi Langit sengaja ‘menahan’ Gundala karena situasi perkomikan lokal yang masih memprihatinkan dan menunggu saat yang tepat untuk memunculkan superhero bergelar Putera Petir itu. Sosok Gundala hanya bisa ditemukan di dunia maya melalui karya-karya berbagai penggemar di penjuru Nusantara.
Sukses merangkul Gundala, kini Bumi Langit pun berjaya merengkuh Godam. Menurut penjelasan Sungging, salah seorang putra alm. Wid NS, menyatakan bahwa pihaknya selaku pemilik hak cipta Godam menyerahkan lisensi Godam kepada Bumi Langit dalam bentuk kontrak selama 15 tahun. Selain Godam, Aquanus, Kapten Dhahana dan Puterago adalah karakter yang termasuk dalam kontrak.
Sungging (kiri) bersama Hasmi. |
Dalam pembicaraan melalui telepon Sungging mengatakan bahwa sejak kontrak disepakati, ia menjadi bagian dari PT. Bumi Langit. Dengan demikian ia punya kewenangan penuh untuk memantau kesungguhan manajemen Bumi Langit dalam menggunakan karakter Godam dkk dalam buku-buku komik yang akan diterbitkan. Itulah sebabnya kontrak antara Bumi Langit dengan pihak ahli waris alm. Wid NS akan diadakan peninjauan kembali setiap 5 tahun.
Kabar perihal beralihnya lisensi Godam beredar ke publik saat Andy Wijaya (perwakilan dari Bumi Langit) menulis status di Facebooknya. Sontak hal ini mendapat respon dari para penggemar Godam (yang juga penggemar Gundala), komikus, dan pemerhati komik Indonesia. Bisa dikatakan, 90% komentator memberikan dukungan positif atas langkah yang ditempuh Bumi Langit ini. Ada secercah harapan pada manajemen baru ini di mana Godam dan Gundala akan kembali beraksi secara konsisten untuk memuaskan dahaga kerinduan para penggemarnya.
Memang dalam statusnya di Facebook Anwi (Andy Wijaya) menyatakan bahwa Bumi Langit akan merekrut komikus-komikus muda handal untuk membangkitkan Godam dan Gundala, sehingga kemunculannya tak hanya ajang nostalgia para penggemar yang kebanyakan sudah berusia di atas 40 tahun, tapi diharapkan akan juga memikat kalangan muda yang belum begitu mengenal sosok superhero lokal tersebut.
“Semua penggemar tentunya menginginkan yang terbaik bagi Gundala dan Godam. BumiLangit dan Pak Hasmi serta Ahli Waris Wid NS akan menyeleksi seluruh saran dan masukan para penggemar agar didapatkan saran dan masukan terbaik, tujuannya memberikan yang terbaik bagi penggemar dan kesinambungan Gundala dan Godam. Berikan saran dan masukannya pasti kami pertimbangkan matang-matang. Semua masukan sangat bermanfaat bagi kita semua,” kata Anwi.
Anwi menambahkan, “Gundala klasik, Godam Klasik, Gundala Reboot, Godam Reboot, Ultimate Gundala, Ultimate Godam, Gundala Reborn, Godam Reborn, Gundala Manga Version, Godam Manga Version. Pasti seruuuuuu …” Artinya, Bumi Langit berancang-ancang akan menerbitkan komik Godam dan Gundala dalam berbagai format agar dapat menjaring pembaca yang lebih luas.
Sebagai tahap awal, Bumi Langit berencana menerbitkan komik tentang asal-usul Awang, di mana cerita/ skenarionya diserahkan pembuatannya kepada Sungging. Awang yang berprofesi sebagai sopir adalah identitas asli dari Godam. Ia mendapatkan cincin ajaib yang dapat merubah wujudnya menjadi manusia super dari sosok misterius bernama Bapa Kebenaran.
Semoga saja dengan bergabungnya Godam di bawah bendera Bumi Langit bersama-sama dengan Gundala akan diikuti dengan diterbitkannya kisah-kisah petualangan baru mereka yang segar dan konsisten, sehingga dapat menggairahkan kembali dunia perkomikan Indonesia yang masih saja berstatus ‘hidup segan, mati tak mau’.
Namun di balik antusiasme menyambut kehadiran Godam dan Gundala sebagaimana dijanjikan oleh Bumi Langit terselip secuil pesimisme bahwa komik Indonesia akan mampu bangkit kembali. Betapa tidak. Berdasarkan pengalaman, hampir semua investor yang ‘nekad’ mengalokasikan dana untuk menerbitkan komik sedikit demi sedikit rontok di tengah jalan. Idealisme yang semula tumbuh seiring dengan bermunculannya komik-komik terbitan lokal akhirnya harus mengalah pada hitung-hitungan untung rugi.
Serbuan komik asing, baik yang bisa diperoleh dengan harga murah dalam format hard copy maupun yang gratisan via internet, dituding sebagai biang kerok tertatih-tatihnya komik Indonesia menggapai kejayaannya kembali. Mungkin saja itu benar, tapi minimnya animo masyarakat terhadap komik lokal bisa jadi tak terlepas dari lemahnya manajemen pemasaran, kualitas dan konsistensinya sendiri.
Di lain pihak, besarnya diskon yang dikenakan pada komik lokal agar bisa masuk ke toko buku besar membuat sejumlah penerbit memilih memasarkan produk mereka secara pre order via on line, seperti Facebook misalnya. Hasilnya? “Saat dipromosikan di Facebook, dari 100 orang yang secara antusias berkomentar, paling banter 10%-nya saja yang benar-benar membeli”, ujar Chairul Agus Saptono dari Metha Studio Jogja.
Melihat rendahnya daya serap pasar terhadap komik lokal membuat Metha mencoba berinovasi agar falsafah “memuliakan komik Indonesia” dapat terus diwujudkan. Untuk menyiasati terus melambungnya harga kertas yang berdampak pada biaya produksi, Metha telah memulai dengan merubah format komik standar menjadi strip agar dapat dijual ke media surat kabar. Selain itu mereka berencana untuk membuat komik dalam 2 bahasa, Indonesia dan Inggris, agar dapat menjangkau pasar luar negeri, setidaknya Asia Tenggara.
Menyikapi perkembangan baru tentang Godam, di mana semula Metha yang bekerja sama dengan ahli waris alm. Wid NS dalam memunculkan Godam (dan Aquanus) di komik mereka, yang kini berada di bawah manajemen Bumi Langit tak menyurutkan langkah Metha untuk tetap eksis. Terlebih pihak Bumi Langit sendiri telah mengeluarkan statement akan merangkul Metha dalam penerbitan komik Godam selanjutnya.
Yang menjadi pertanyaan besar sekarang adalah: akankah Godam dan Gundala mampu mendobrak benteng keterpurukan komik Indonesia?
Menyitir pernyataan Hasmi pada acara talk show yang diadakan sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya tahun 2009 lalu: “Kalau sudah tahu ada banjir komik impor, kita harus buat tsunami komik lokal biar bisa menang bersaing.” Artinya, pasar komik lokal harus digerojok dengan komik lokal sebanyak-banyaknya jika ingin menarik animo pembaca. Bukan sekedar menerbitkan hanya karena sentimentil nostalgia, lalu setelah itu tidur panjang. Lagi. (jink)