Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, orang lanjut usia yang melakukan diet dengan hanya memakan makanan sehat mencatat hasil yang lebih baik pada tes ketajaman mental daripada rekan-rekan mereka yang mengkonsumsi junk food.
Kita sudah lama mendengar bahwa makanan yang kaya asam lemak omega-3 dan vitamin B, C, D dan E adalah "makanan otak." Dan penelitian telah secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang dengan diet tinggi nutrisi ini membuat fungsi kognitifnya terjaga dengan lebih baik di usia tua. Tetapi penelitian baru tidak hanya menegaskan kembali hubungan antara nutrisi tersebut dengan manfaatnya, tetapi menggunakan pendekatan yang lebih dapat diandalkan: para peneliti menetapkan diet studi peserta melalui pengumpulan sampel darah dan menganalisis mereka pada 30 penanda biologis dari diet, yang lebih baik daripada sekedar menggunakan survei yang kurang akurat berupa self-reported.
"Kombinasi dari vitamin B, antioksidan C dan E, plus vitamin D adalah kombinasi yang paling baik dari nutrisi dalam darah untuk penuaan otak yang sehat dalam masyarakat kita," kata penulis studi Gene L. Bowman, asisten profesor neurologi di Layton Aging & Alzheimer's Disease Center, Oregon Health & Science University kepada WebMD.
Bowman dan para koleganya mengevaluasi 104 pria dan wanita yang rata-rata berusia 87 tahun, untuk menentukan beberapa ukuran kesehatan otak di usia tua: mereka meminta peserta untuk mengikuti tes daya ingat dan kemampuan berpikir, dan memilih 42 peserta untuk menjalani MRI dalam rangka menentukan volume otak yang sebenarnya - ukuran kesehatan kognitif. (Sebagai contoh, pasien penyakit Alzheimer mengalami penyusutan otak lebih cepat daripada rekan-rekan mereka yang sehat).
Mereka kemudian dicocokkan kemampuan kognitifnya dengan untuk sampel darah dan mendapati, bahwa mereka yang diuji ketajaman daya ingat dan kemampuan berpikir kritis - serta memiliki sedikit penyusutan otak - lebih mungkin untuk memiliki penanda biologis senyawa sehat dalam darah mereka. Terlebih lagi, orang yang diuji kurang lebih mungkin untuk memiliki penanda biologis untuk lemak-trans, sumber lemak tak sehat yang ada pada junk food, seperti makanan matang yang dikemas dan makanan cepat saji.
Sementara penelitian menunjukkan hubungan antara makan sehat dan kemampuan kognitif, penting untuk dicatat bahwa tingkat usia dan pendidikan (ukuran yang umum digunakan untuk menentukan faktor-faktor budaya seperti status sosial ekonomi dan akses pelayanan kesehatan) adalah prediktor kuat dari kesehatan otak daripada yang diet. Meskipun usia menjelaskan 46 persen dari variasi dalam fungsi otak, pola makan/ diet hanya menjelaskan 17 persen. Itu masih berperan dan relevansi signifikan antara diet dan volume otak, di mana diet menjelaskan 37 persen dari varians penyusutan. Peneliti berharap bahwa temuan atas relevansi tersebut akan cukup mendorong orang untuk mengubah diet mereka.
"Temuan ini didasarkan pada rata-rata diet orang Amerika," kata penulis pendamping Maret Traber, seorang peneliti utama di Linus Pauling Institute kepada AFP. "Tahun baru ini adalah saat yang tepat untuk melakukan resolusi memperbaiki pola makan dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran."
Studi ini tidak menentukan secara spesifik sumber makanan dari nutrisi yang ditemukan dari analisis sampel darah, namun meski demikian buah-buahan dan sayuran merupakan sumber yang paling umum dari vitamin C. Asam lemak omega -3 dan vitamin D terkandung dalam ikan berlemak, seperti salmon. Kacang-kacangan dan biji-bijian adalah terbaik untuk memenuhi kebutuhan vitamin E, sedangkan vitamin B ditemukan dalam biji-bijian dan susu.
Studi ini dipublikasikan di Neurology, jurnal dari American Academy of Neurology.
Sumber : huffingtonpost.com