Apakah Teman di Facebook Benar-benar Teman Anda?

Terbitan terbaru The Atlantic mempertanyakan: Apakah Facebook Membuat Kita Kesepian?

Facebook tak perlu membuat Tanja Hollander kesepian, sebetulnya, tapi membuatnya bingung. Sekitar dua tahun lalu ia melihat jumlah teman di Facebooknya ada 626, dan ia mulai menganalisanya.

“Yang kuemukan adalah orang-orang yang tidak pernah kutemui atau bercakap-cakap di kehidupan nyata; ada mantan pacar dengan pacar barunya, ada mantan pasangan dari teman, penjual barang-barang seni, kurator, dan teman SMA yang tak pernah saya temui sejak 20 tahun lalu,” tulisnya di websitenya.

Sejak itu, Hollander menjalankan misi memotret sertiap orang yang ada di daftar temannya di Facebook. (Tentu saja jumlahnya mengalami perubahan karena adanya tambahan teman baru, khususnya setelah proyek pemotretannya itu. Tapi ia juga menegaskan kalau ia tidak curang, meskipun situasinya kadang canggung). Ia telah memotret sekitar sepertiga teman dan berencana untuk melanjutkannya sampai selesai.

“Aku memulai proyek ini dengan sedikit sinis, (dalam hati): ‘Tak mungkin orang akan mengejekku.,’” katanya di telepon. “Kupikir kami punya perasaan yang sama, baik di Facebook maupun di dunia nyata”.

Tapi temannya, baik yang nyata, virtual ataupun keduanya, sangat antusias dengan proyek itu.

Hollander mencontohkan: Satu kenalan di Facebbok, yang ia tambahkan sebagai kontak profesional, dan tak perlu memandangnya sebagai teman “dunia nyata”, mempersilakannya tinggal di apartemennya selama seminggu tanpa banyak tanya.

“Aku sangat terkejut melihat betapa ramhanya orang-orang ini,” katanya. Tampaknya yang diperlukan hanya waktu untuk tatap muka untuk membuat sebuah persahabatan menjadi nyata.

Dan, tak seperti kebanyakan dari kita, Hollander memperoleh pengalaman tatap muka yang menyenangkan, karena mendapat dukungan finansial dari berbagai sponsor, termasuk Portland Museum of Art di Maine.

Ia pun melanglang buana dengan biaya yang tak murah. Lebih aneh lagi, proyek tentang budaya digital ini telah difilmkan. Atau mungkin tidak begitu aneh. Faktanya, film nyata bisa jadi merupakan metafora dari teman-teman yang nyata: Ada kelanggengan dan bobot untuk itu, meskipun agak tidak nyaman.

“Dengan kemudahan dan popularitas bidang fotografi menjelang abad 20, potret-potret alam formal lambat laun berkurang,” tulisnya di statement proyek. “Potret keluarga tradisional mulai menghilang”.

Jadi, Hollander tertarik pada individu-individu berjumlah lebih dari 626 orang; tapi ia juga tergelitik untuk mengupas lingkungan yang membentuk individu-individu tersebut. Rumah tempat mereka tinggal; meja yang mereka duduki; sofa tempat mereka bersantai bersama, dalam kehidupan nyata.

“Di dunia yang terpengaruh sosialisasi gaya novel, kehidupan bermasyarakat kita makin berkurang,” tulis Stephen Marche di The Atlantic. “Kita hidup dalam sebuah kontradiksi percepatan: makin kita terhubung, maka makin kesepian kita”.

Di lain pihak, bahkan Hollander, yang memulainya dengan skeptis, memanfaatkan media sosial itu untuk mempromosikan proyeknya.

“Facebook bukanlah pengganti persahabatan di dunia nyata,” katanya, “tapi menjadi jalan untuk memulai hubungan”.

Apa yang diungkap dalam foto-foto Hollander adalah bahwa ia tinggal di Portland, Maine, dan ia menjadi anggota aktif komunitas seni di sana. Bahwa makin banyak teman kuliahnya, makin banyak teman lainnya dari teman-temannya. Jika Anda memotret teman Facebook Anda, akan seperti apa jadinya? Dan seberapa canggung prosesnya?

Sumber : npr

Related Posts
Previous
« Prev Post

Comments