Banyak Pengguna Facebook Menerima Permintaan Pertemanan dari Orang Tak Dikenal

Satu hal yang paling banyak dikritik soal Facebook adalah sulitnya mengatur privasi di jejaring sosial itu. 

Situs tersebut ingin Anda berbagi data pribadi secara gamblang dengan teman, keluarga dan lainya, semata-mata untuk meningkatkan jumlah pengguna dan memanfaatkan data yang ada untuk beriklan. 

Faktanya, sasaran itu berhasil, karena Facebook mampu meraup hingga $100 juta. 

Bagi pengguna, makin banyak berbagi (data/ informasi), makin besar resiko di-hack, mendapatkan karyawan potensial, atau bahkan dirampok. 

Hal ini memprihatinkan, karena 13 juta pengguna dari AS enggan memeriksa pengaturan privasi mereka, sementara di Inggris, separo pengguna Facebook menerima permintaan pertemanan dari orang tak dikenal dengan suka cita. 

Majalah Consumer Report mengatakan, lebih dari 13 juta pengguna Facebook di AS malas melindungi privasi mereka, yang artinya tanpa disadari telah berbagi data ke orang tak dikenal. Dari 13 juta tersebut, lebih dari seperempatnya memilih opsi untuk menampilkan data mereka kepada siapapun, bukan hanya teman dan keluarga. 

Facebook memperkirakan ada 188 juta penggunanya di AS, yang artinya sekitar satu dari 15 pengguna tak pernah membuka pengaturan privasi mereka. Sementara itu, di Inggris dilaporkan bahwa 90% dari mereka menerima undangan dari orang yang tak dikenal, dan 51% nya menjadikannya ‘teman’. 

Consumer Reports mendesak para pengguna agar lebih memperhatikan pengaturan privasi mereka. 

Editor teknologi, Jeff Fox, mengatakan “Facebook benar-benar telah merubah cara berkomunikasi sosial di seluruh dunia dan telah menjadi jasa pelayanan yang berhasil dalam meningkatkan jumlah data pribadi yang bisa menyebar lebih luas dari yang dibayangkan penggunanya.” 

“Penyelidikan kami mengungkapkan beberapa hal menarik, dan kecenderungan yang meresahkan, tapi patut diketahui oleh konsumen yang berharap data pribadi mereka terjaga dengan aman.” 

Laporan tersebut juga mengidetifikasi bahwa 4,8 juta pengguna telah memposting status update, mengatakan apa yang akan mereka lakukan hari itu, sehingga memberi peluang pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. 

4,7 juta orang lainnya memilih ‘like’ pada postingan yang terkait dengan masalah kesehatan, dan Consumer Report menyatakan bahwa informasi itu dapat digunakan oleh perusahaan asuransi untuk ‘melawan’ mereka. 

Consumer Report menemukan, bahwa hampir 40 juta orang di AS diidentifikasi anggota keluarga mereka berdasarkan profilnya, 20 juta orang menampilkan tanggal lahir, dan 8 juta me’like’ hal-hal yang terkait dengan keyakinan agama mereka. 

Empat juta orang lainnya mendiskusikan kehidupan cinta mereka di wall, sementara sekitar 2,5 juta orang membahas kebiasaan minum atau orientasi seksual mereka. 

Survey tersebut dilakukan pada 2.002 rumah tangga di Amerika, di mana 1.340 di antaranya aktif menggunakan Facebook, sebagaimana dilaporkan oleh Consumers Report. 

Laporan terpisah tentang perilaku Facebooker Inggrisyang dibuat oleh Legal & General menemukan bahwa 9 dari 10 warga Inggris pengguna jejaring sosial tersebut menerima permintaan permintaan dari orang tak dikenal, dan 51% dari mereka menerima permitaan itu. 

Hal ini dimanfaatkan oleh para kriminal dengan membuat profil palsu untuk menjebak bakal korbannya. 

Mark Johnson dari The Risk Management Group mengatakan “Dari percobaan yang dilakukan TRMG, orang cenderung suka berhubungan dengan orang lain yang belum pernah bertemu sebelumnya jika mereka punya teman yang sama, karena sesuatu yang diketahui seperti Triadic Closure Principle.” 

“Tingkat ketertarikan pada profil online, seperti “Liking’ pada kelompok minat yang sama sebagai sasaran, juga meningkatkan kecenderungan orang menerima atau meminta hubungan pertemanan dengan orang tak dikenal.” 

“Kejahatan digital melihat peluang ini dengan membuat profil abal-abal semenarik mungkin, membuat tipuan-tipuan untuk menjerat mangsa mereka.” 

“Pada beberapa kasus mereka bahkan membiarkan korban masuk ke dalam jebakan mereka, dan menanamkan dalam pikiran si korban bahwa profil palsu mereka layak dipercaya.” 

Michael Fraser, mantan maling yang tobat dan membintangi acara Beat the Burglar di BBC, mengatakan “Makin percaya orang pada pengaturan privasi di jejaring sosial, mereka akan makin terkecoh dengan keamanan hubungan online, dan salah menganggap kalau semua teman mereka di Facebook dapat dipercaya.” 

“Dengan kondisi itu, secara tak sadar orang akan mengumbar informasi pribadi berharganya yang akan menjadi mangsa empuk para penjahat. 

Para pelaku kejahatan digital tahu cara mengincar sasarannya. Sebagai contoh, orang yang punya lebih dari 500 teman di Facebook cenderung tidak mengenal semua temannya tersebut secara pribadi dan karenanya cenderung menerima permintaan pertemanan dari orang tak dikenal.” 

“Dengan banyaknya jumlah teman, di mana di antaranya ada yang ‘palsu’, secara tak sadar memberikan peluang kepada pelaku kejahatan untuk melihat informasi pribadi mereka.” 

 Sumber : Daily Mail

Related Posts
Previous
« Prev Post

Comments