(Jangan Baca) Berapa Lama Normalnya Durasi ‘Hohahihe’?


Untuk urusan ranjang, yang paling didambakan oleh kaum pria adalah keperkasaan, kemampuan memuaskan pasangan dalam sebuah hubungan intim yang berkualitas. Banyak pria yang merasa kehilangan harga diri dan tertekan batinnya karena mengalami ‘edi tansil’ (ejakulasi dini tanpa hasil). Belum 1 menit penetrasi sudah ‘keluar’.

Hal ini diperparah dengan anggapan yang menyatakan, bahwa wanita suka dengan pria yang tahan lama. Faktanya, aktifitas seks yang terlalu lama justru membuat wanita tersiksa.

Jadi sebenarnya, berapa lama sih normalnya durasi berhubungan intim?

Dr. Brendan Zietsch, seorang psikolog dari University of Queensland, menulis dalam sebuah artikel yang mengulas hasil penelitian tentang durasi/ lamanya pasangan heteroseksual melakukan hubungan seks dalam satu waktu.

“Aku tahu ada banyak hal dalam seks selain memasukkan penis ke dalam vagina dan diakhiri dengan ejakulasi, tapi hal-hal tersebut tidak selalu mudah untuk dijabarkan (berciuman? saling meraba? bergumul?). Untuk memudahkan dan agar lebih spesifik, kami hanya akan fokus pada saat terjadinya ejakulasi”, tulis Dr. Brendan.

Bagaimana kita menentukan awal dan akhir dari seks? Semuanya terpusat pada penis. Dr. Brendan mengukur waktu dari penetrasi hingga ejakulasi dalam sebuah observasi yang melibatkan 500 pasangan di seluruh dunia, di mana mereka menggunakan stopwatch setiap kali melakukan ‘hohahihe’ (hubungan intim) dalam kurun waktu 4 minggu. Para relawan tersebut harus menekan tombol “start” pada saat akan melakukan penetrasi dan “stop” saat mencapai ejakulasi. Sengaja digunakan stopwatch karena dianggap alat paling tepat untuk mencatat data, dibandingkan jika hanya sekedar ditanya tanpa alat ukur yang layak, karena jawaban mereka bisa sangat bias/ melenceng. Lagi pula, sangat sulit dipastikan kebenarannya, karena pada umumnya orang tidak akan sempat memelototi jam saat ber-hohahihe.

Dari eksperimen tersebut diperoleh data lamanya hubungan seks dalam kurun waktu 4 minggu antara 33 detik sampai 44 menit. Tetapi, jika dihitung secara rata-rata, masing-masing pasangan butuh waktu 5,4 menit setiap kali berhubungan intim.

Menariknya, disunat ataupun memakai kondom tidak berpengaruh pada durasi aktifitas ranjang. Justru sebagian pria meyakini penggunaan kondom akan mengganggu kualitas ereksi mereka karena berkurangnya sensitifitas di area paling sensitif itu. Tetapi, penelitian yang dilakukan pada 2015 menemukan, bahwa pria berusia 18 sampai 24 tahun, yang menganggap kondom sebagai penghambat ereksi, ternyata menderita disfungsi ereksi, baik memakai kondom atau tidak.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa negara asal tidak menentukan durasi hubungan seks, kecuali pasangan dari Turki yang cenderung lebih singkat (3,7 menit) dibandingkan pasangan dari negara lain. Yang berpengaruh adalah usia, di mana makin tua usia pasangan, makin singkat durasi seksnya.

Lalu, durasi 5,4 menit tersebut termasuk hebat atau payah? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah terapis seks dari Amerika Serikat dan Kanada tahun 2008, seks berdurasi 1 s/d 2 menit termasuk “terlalu singkat”, 3 s/d 7 menit termasuk “cukup/ lumayan”, 7 s/d 13 tergolong “nikmat”, sedangkan jika berlangsung selama 10 s/d 30 menit termasuk “terlalu lama”.

Tampaknya bergoyang ranjang lebih dari 10 menit termasuk ideal, tetapi 'ora umum' (tidak lazim), karena nyatanya jarang ada pasangan yang mencapai waktu tersebut.

Lalu, apa sih sebetulnya yang mempengaruhi durasi hubungan seks?

Zietsch menduga durasi tempur di ranjang dipengaruhi oleh bentuk penis. Nah lo! Pada penelitian tahun 2003, dengan menggunakan vagina buatan, penis tiruan dan sperma abal-abal (terbuat dari sirup jagung), para ilmuwan menemukan, bahwa cembungan di sekitar kepala penis mampu mendulang sirup yang ada di vagina. Dengan kata lain, “genjotan” berulang-ulang yang dilakukan pria saat berhubungan intim mampu menyingkirkan sperma lain, sebelum ejakulasi terjadi. Hal ini memungkinkan sel-sel sperma memiliki kesempatan untuk mencapai sel telur agar terjadi pembuahan.

“Hal ini dapat menjelaskan kenapa pria yang terus menerus “bergoyang” pasca ejakulasi jadi merasa tak nyaman, bahkan kesakitan. Itu karena mereka mendulang sperma mereka sendiri,” tulis Ziersch sebagaimana dikutip Medical Daily.

Jadi, daripada penasaran dengan masalah durasi, lebih baik dinikmati saja kebersamaan dengan pasangan di ranjang. Tak perlu repot-repot bawa stopwatch. Cukup bawa cinta dan kasih sayang… Asalkan bisa mencapai klimaks bersama-sama, itu sudah lebih dari cukup. Bagaimana?




Related Posts
Previous
« Prev Post

2 comments

Comments