Etos Kerja Tergantung pada Tingkat Dopamine di Otak

Ada di antara kita yang bekerja keras, ada juga yang malas-malasan – dan sudah sangat lama alasan di balik etos kerja yang berlainan tersebut menjadi sebuah misteri. Tapi penelitian terbaru mengungkapkan bahwa tingkat dopamine di tiga area berbeda pada otak berpengaruh pada hasrat kita untuk bekerja.

Studi, yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience, menggunakan Positron Emission Tomography (PET) untuk mencitrakan otak dari sejumlah partisipan berbagai kelompok perilaku, dari yang rajin hingga pemalas. Para partisipan tersebut diminta untuk memilih rangkaian tugas, ada yang mudah, ada yang sulit – dengan iming-iming imbalan uang yang bervariasi.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang berkemauan kerja keras untuk mendapatkan imbalan besar melepaskan dopamine – pemancar syaraf yang menimbulkan perasaan nyaman - lebih banyak di area otak yang diketahui memainkan peran penting dalam reward dan motivasi: striatum dan ventromedial prefrontal cortex. Orang yang tidak begitu antusias bekerja, bagaimanapun juga, mempunyai dopamine dengan tingkat yang lebih tinggi di bagian otak yang berperan dalam emosi dan persepsi resiko, yang disebut dengan anterior insula. David Zald, salah seorang peneliti, mengatakan kepada EurekAlert:

“Studi terdahulu yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa dopamine adalah penentu dari motivasi memperoleh reward, tapi studi ini memberikan informasi tentang bagaimana dopamine menjelaskan perbedaan individual dalam perilaku mencari reward pada manusia.”

Fakta bahwa dopamine mempunyai efek berlawanan dalam bagian yang berbeda pada otak adalah temuan yang menarik sekaligus membingungkan. Sejumlah pengobatan psychotropic, misalnya yang digunakan untuk mengatasi gangguan ‘kurang perhatian’, berdampak penuh pada tingkat dopamine. Temuan ini menunjukkan bahwa perubahan distribusi dopamine bisa lebih penting ketimbang mengatur jumlah total saja – tapi dampak tersebut mustahil diperoleh.

Jika para peneliti bisa mengembangkan riset mereka untuk mengetahui bagaimana distribusi dopamine berdampak pada mood, temuan tersebut akan berpengaruh besar pada penyembuhan gangguan kurang perhatian, depresi dan schizophrenia di masa mendatang.

Sumber : Gizmodo

Related Posts
Previous
« Prev Post

Comments