Mahalnya Merayakan Tahun Baru

Setiap momen pergantian tahun sudah dapat dipastikan, akan selalu ada orang yang berkeliaran di jalanan untuk merayakannya. Hal ini seakan menjadi budaya yang berlaku merata di seluruh penjuru dunia.

Iseng-iseng, saya coba menghitung-hitung berapa uang yang dihamburkan untuk sebuah prosesi perayaan tahun baru. Saya ambil contoh di Indonesia saja.

Saya asumsikan, orang yang merayakan tahun baru di jalanan menggunakan mobil dan sepeda motor. Pada tahun 2010, populasi mobil di Indonesia sekitar 9 juta unit, sementara sepeda motor mencapai angka 61 juta, maka jika diasumsikan “hanya” 10% saja dari kedua jenis kendaraan tersebut yang digunakan untuk bertahun baru, dan dengan memperhitungkan tingkat kemacetan yang harus dihadapi butuh 10 liter premium untuk mobil dan 3 liter untuk sepeda motor, akan diperoleh angka Rp. 122,5 milyar!

Itu baru dari bahan bakar saja. Andai diasumsikan dari sekitar 70 juta kendaraan tersebut, 10% pengendaranya beli terompet seharga sekitar Rp. 5 ribu saja, maka uang yang dikeluarkan adalah Rp. 3,5 milyar.

Total jendral uang yang dihamburkan untuk menyambut tahun baru adalah sekitar Rp. 126 milyar. Luar biasa! Lebih luar biasa lagi jika uang untuk jajan, pulsa dan aneka petasan juga dihitung, mungkin bisa masuk kisaran Rp. 150 milyar.

Apa cuma itu “kerugian” yang harus ditebus demi sebuah tradisi tahunan? Dari segi nonmaterial tampaknya menarik juga untuk direnungkan. Utamanya soal kesehatan.

Dalam cuaca yang tak menentu seperti saat ini, kesehatan kemungkinan besar akan turut terpengaruhi. Belum lagi polusi yang ditimbulkan dari ribuan kendaraan yang berjejalan di jalanan. Dan jangan lupa, telinga juga mungkin akan "menjerit" akibat bunyi terompet dan knalpot motor modifikasian yang digeber habis.

Itulah sebabnya saya dan keluarga tak pernah tertarik untuk bertahun baru di jalan. Lebih nyaman di rumah sambil menikmati acara TV yang biasanya cukup menghibur dengan film-film yang belum pernah tayang sebelumnya.

Agaknya pemerintah kota Jakarta tanggap akan masalah ini, namun yang jadi pertimbangan utama adalah upaya mengantisipasi kemacetan. Pada malam tahun baru 2013 ini rencananya akan diterapkan car free night di ruas Jalan Sudirman – Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Apakah hal ini akan cukup efektif untuk mengurangi biaya-biaya yang saya perhitungkan di atas? Rasanya kok kecil ya. Tak terlalu signifikan karena dengan menutup satu ruas jalan, kemacetan akan pindah ke ruas jalan lain. (mp2)

Foto: depoknews.com


Related Posts
Previous
« Prev Post

Comments