Selingkuh adalah suatu tindakan yang dilakukan di luar rel atau batas-batas yang telah disepakati. Misalnya, dalam rumah tangga. Setelah melakukan akad nikah (bagi umat Islam) suami/ istri wajib menjaga keutuhan rumah tangganya. Segala tindakan yang dilakukan harus demi untuk kesejahteraan dan ketentraman keluarga semata.
Pada hakekatnya selingkuh dilakukan karena ia merasa tidak lagi menemui suasana yang pernah ia rasakan – atau suatu suasana yang ia harapkan tak kunjung terwujud.
Ketika suami pulang kerja, ternyata yang menyambut adalah seorang bekas pacarnya yang hanya pakai daster butut, wajah kuyu, apalagi tanpa ada senyuman. Ini awal dari sebuah perselingkuhan.
Atau saat suami cerita tentang suatu masalah di lingkungan kerja, istri mendengar dengan malas, atau sambil menonton televisi, ini juga peluang untuk menuju perselingkuhan.
Setelah berjalan bertahun-tahun, ternyata kesejahteraan rumah tangga jauh dari harapan seorang istri, ini juga membuka peluang seorang istri untuk berselingkuh.
Atau saat di ranjang, suami tidak bisa memuaskan istrinya. Atau sebaliknya, saat melayani suami, istri hanya diam saja bak batang pisang. Ini merupakan peluang yang bagus untuk sebuah perselingkuhan.
Dan masih panjang daftar penyebab dari sebuah perselingkuhan, kalau mau disebutkan di sini. Namun, dari hal-hal tersebut di atas, perselingkuhan (insya Allah) tidak bakal terjadi manakala suami/ istri mempunyai iman yang kuat, bahwa yang namanya perselingkuhan itu ganjarannya adalah neraka jahanam.
Namun, seberapa banyak orang yang masih ingat itu?
Ada yang bilang, ah mumpung masih muda, masih ada waktu untuk tobat di hari tua. Tapi siapa tahu, kapan kita berhenti bernapas?
Maka dari itu, kepada para penyelingkuh semuanya. Ingat sebelum terlambat. Tobat sebelum ‘kiamat kecil’ mendekat.
Sumber : http://djunaedird.wordpress.com