Siapa yang tidak bangga bisa beli mobil baru yang kinyis-kinyis dengan plastik masih membungkus jok dan penghalang silau? Orang seringkali berpikir, dari pada beli mobil bekas, apalagi jika sudah tangan ketiga atau keempat, yang tak jelas dulunya dipakai apa saja dan diragukan “keutuhan dan keasliannya”, lebih baik beli yang baru, “
fresh from the oven.” Tapi kenyataannya, beli mobil baru bukannya tanpa resiko.
Bagi Anda yang terbiasa membeli mobil baru, pasti tak asing dengan aroma di interiornya. Aroma yang khas dan bagi kebanyakan orang terasa menyenangkan dan sensasional. Pertanyaannya, dari mana aroma itu dan adakah kandungan kimia yang berbahaya bagi kesehatan?
Aroma mobil baru sebenarnya merupakan campuran dari berbagai bau-bauan yang bervariasi pada setiap mobil, tergantung dari material yang digunakan. Pada umumnya, aroma tersebut berasal dari pelepasan berbagai senyawa organik yang mudah menguap (
volatile organic compounds/ VOC). Karena titik didihnya yang rendah, senyawa ini melepaskan sejumlah besar molekul ke udara sekitarnya dalam keadaan normal (seperti suhu kamar).
VOC tidak selalu berdampak buruk buat kita sebagaimana berbagai jenis aroma alami, tetapi beberapa VOC buatan manusia diketahui dapat menimbulkan masalah kesehatan. Bagaimana dengan senyawa yang terkandung dalam VOC di mobil baru?
Senyawa tersebut diperoleh dari material yang digunakan dalam pembuatan kendaraan, seperti plastik, lem/ perekat, produk-produk pembersih, materi pelentur, cat, bahan pelapis, senyawa pelumas, dan lain-lain. Tak heran jika material-material tersebut mengeluarkan campuran aroma yang khas. Jadi, kemungkinan berdampak buruk bagi kesehatan, bukan?
Sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk memastikan seberapa buruk kandungan racun dalam aroma mobil baru membuahkan hasil yang beragam dan masih memerlukan riset lebih dalam sebelum diperoleh kesimpulan yang pasti. Sebagaimana dicatat oleh Institut Kesehatan Amerika Serikat dalam laporannya pada tahun 2011, “... Sangat kontras dengan banyaknya penelitian yang membahas polusi udara luar ruangan, hanya sedikit yang diketahui tentang kualitas udara dalam mobil."
Disebutkan, sebuah studi yang dilakukan oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) di Australia tahun 2001 menemukan, bahwa VOC di mobil baru mengandung
carcinogens benzene, cyclohexanone, xylene, formaldehyde, toluene, styrene, dan masih banyak lagi. Selain itu juga disebutkan, bahwa tingkatan dari berbagai VOC cukup tinggi untuk menimbulkan gejala langsung bagi sejumlah orang, seperti sakit kepala dan disorientasi (kebingungan), melampaui kekhawatiran jangka panjang yang lebih sulit untuk diketahui secara jelas, terutama dengan semua variabel yang terlibat dalam hal kebiasaan mengemudi yang berbeda dan sejenisnya.
Yang terbaru, pada penelitian di bulan Februari 2012, Ecology Center, sebuah organisasi lingkungan nirlaba yang berbasis di Michigan, tercatat bahwa adanya sejumlah bahan kimia berbahaya yang “bisa membahayakan jika terhirup atau tertelan dan bisa berdampak parah pada kesehatan, seperti cacat bawaan, ketidakmampuan belajar dan kanker.” Lebih jauh, WHO mendapati bahwa udara di dalam mobil bisa meningkatkan “kekhawatiran terhadap kesehatan manusia” mengingat seberapa lama orang cenderung berada di dalam mobil baru dan adanya bahan-bahan kimia.
Secara lebih spesifik, studi terbaru di Jepang yang dilakukan oleh Osaka Institute of Public Health, menemukan bahwa minivan yang mereka uji, tingkatan VOC sehari setelah mobil diserahkan ke konsumen sangat mencengangkan, yaitu 35 kali melebihi batas kesehata maksimum yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Jepang. Mereka juga menemukan 113 perbedaan VOC yang ada dalam aroma mobil baru. Perlu sekitar 4 bulan level tersebut turun hingga di bawah batas aman maksimum. Meskipun begitu, pada udara atau cuaca panas, level VOC kembali meningkat tajam melampaui batas aman, meski mobil sudah berusia 2 tahun. Biasanya, pemilik mobil dianjurkan untuk memberi cukup ventilasi (membuka sedikit kaca jendela mobil) saat dikendarai di cuaca panas dan menjauhkan dari paparan sinar matahari waktu mobil diparkir. Tips lain untuk menghindari bahaya VOC adalah adalah menggunakan mobil lama, karena kadar konsentrat VOCnya rendah. Dengan kata lain, kalau mau beli mobil, belilah mobil bekas!
Sebaliknya, sejumlah penelitian lain, salah satunya dilakukan oleh Technical University Munich (Jerman) dan dipublikasikan di jurnal Environmental Science & Technology tahun 2007 yang berjudul
Toxicity of Parked Motor Vehicle Indoor Air (kadar racun di udara di dalam kendaraan yang terparkir) menunjukkan hasil yang berbeda. Temuannya adala bahwa VOC yang terekstrak dari dua mobil yang diuji tidak menyebabkan masalah dengan subyek percobaan yang ada di dalamnya, seperti tikus dan 2 baris sel paru-paru. Tentu saja, sebagaimana penelitian yang dilakukan Osaka Institute of Public Health, penelitian ini menggunakan ukuran sampel yang sangat kecil. Selain itu, penelitian ini juga gagal menyimpulkan dampak jangka panjangnya. Tetapi setidaknya, dalam jangka pendek, meskipun pemaparan terhadap subyek penelitian “di atas paparan lingkungan yang diharapkan pada pengujian udara di dalam mobil yang terparkir”, mereka tidak menemukan tanda-tanda dampak racun.
Meskipun ada dua hasil yang bertentangan, produsen mobil memilih untuk bertindak proaktif dengan mengurangi VOC dari produk mereka yang berpotensi mengganggu kesehatan. Sebagai misal, salah satu manager Toyota, Janis Ambrose Shard, menyataka bahwa Toyota telah beralih ke lem berbasis air dan bisa berbasis kedelai. Sebagaimana ucapan Shard, “Aroma mobil baru bukanlah tujuan kami (membuat mobil).” Ford juga mulai beralih dari jok berbahan minyak serta mendukung pembuatan busa berbasis kedelai.
Sumber: TIFO