Acara yang tergolong baru di Trans TV dan cukup menarik perhatian adalah Super X-tion setiap Minggu malam. Meski jamnya tidak pasti karena lomba yang digelar outdoor ini sangat bergantung pada cuaca di lokasi lomba, tapi sayang untuk dilewatkan. Persiapannya pun tidak main-main. Berbagai alat berat dilibatkan sebagai penunjang utama aksi peserta.
Sayangnya, segala persiapan yang luar biasa itu kerap jadi kehilangan makna karena presenter dan komentator yang tampaknya kurang mampu menyajikan dengan baik.
Presenter yang cantik itu sering kedodoran saat membawakan acara. Mungkin karena ada tuntutan dari sang sutradara atau produser agar ia bicara dengan cepat, sehingga berakibat sering "selip lidah". Memang tak mudah bicara dengan intonasi tinggi dan cepat di ruang terbuka dan pasti ramai itu.
Yang menyebalkan justru komentatornya. Pada sebuah sesi lomba di mana peserta harus bergerak cepat menyeberangi tali yang dibentangkan di atas gedung, ada peserta yang jelas-jelas mengalami kesulitan dengan perangkat pengaman keselamatannya, tapi sang komentator tidak tanggap. Mereka justru terus saja bicara tentang lambannya sang peserta menyelesaikan lomba. Masalah itu baru diketahui setelah sang peserta, dengan susah payah, berhasil mencapai tujuan dan mengajukan komplain. Alhasil, dia pun diberi kesempatan untuk mengulang.
Di sesi lomba terakhir Minggu lalu (05/06) pun saya kesal lagi. Peserta harus melompat dari tempat ke tempat lain di ketinggian untuk mengambil bendera mengalami kesulitan, yang tampaknya disebabkan oleh pendeknya tali pengaman yang dikenakan peserta. Ini terlihat dari tiga/ empat pasangan peserta pertama yang hampir seluruhnya gagal karena lompatannya terhambat tali pengamannya sendiri. Di sini, satu peserta (seorang wanita yang berprofesi penjahit) beruntung berhasil meraih 1 bendera.
Peserta berikutnya ternyata cukup cerdik menyiasati kesulitan yang dialami pesaing-pesaing sebelumnya. Ia (seorang pejudo wanita) memanfaatkan tali pengamannya untuk menahan tubuhnya hingga berhasil menyeberang. Dengan cara ini dia berhasil meraih 6 bendera. Cara itulah yang kemudian ditiru oleh peserta lain, sehingga terlihat perbedaan mencolok antara skor peserta sebelumnya dengan skor peserta judo dan peserta lain setelahnya.
Memasuki babak final, hanya 4 dari 5 peserta yang berhasil mendapatkan bendera yang berhak masuk final. Sang wanita penjahit harus menyingkir karena hanya mendapat 1 bendera.
Di final ini, panitia kemudian menerapkan aturan dadakan, yaitu peserta tidak boleh bergantung pada tali pengaman! Dengan aturan ini, 3 peserta tak mendapatkan 1 bendera pun (termasuk sang pejudo), dan sang juara hanya mendapat 1 bendera.
Sulit membayangkan, betapa kecewanya sang penjahit diperlakukan secara tidak fair dalam Super X-tion ini. Dan panitia tampaknya tidak peduli sama sekali akan hal itu, padahal jelas terlihat bahwa mereka telah berlaku tidak adil.
Semoga saja, di lomba-lomba berikutnya tidak terjadi lagi seperti itu. (mp2)